Sabtu, 13 April 2013

Analisis Transaksional Therapy

Tokohnya Eric Berne (1910-1970). Terapi Analisis Transaksional adalah suatu cara yang berkesan dan berpengaruh menolong individu bekerjasama demi kebaikan mereka dan orang lain. Analisis transaksional merupakan merupakan psikoterapi transaksional yang dapat digunakan dalam konseling individu, tetapi lebih cocok untuk konseling kelompok. Analisis transaksional melibatkan suatu kontrak yang dibuat oleh klien, yang dengan jelas menyatakan tujuan-tujuan dan arah proses konseling. Analisis transaksional berfokus kepada keputusan-keputusan awal yang dibuat oleh klien dan menekankan kemampuan klien untuk membuat keputusan-keputusan baru. Analisis transaksional menekankan aspek-aspek kognitif rasional behavioral dan berorientasi kepada peningkatan kesadaran sehingga klien akan mampu membuat keputusan-keputusan baru dan mengubah cara hidupnya. Prinsip-prinsip dalam analisis transaksional adalah untuk merangsang rasa tanggung jawab pribadi atas tingkah lakunya sendiri, pemikiran logis, rasional, tujuan-tujuan yang realistis, berkomunikasi dengan terbuka, wajar, dan pemahaman dalam berhubungan dengan orang lain.
A.  Asumsi dasar  
Pada dasarnya pendekatan analisis transaksional berlandaskan suatu teori kepribadiaan yang berkenaan dengan analisis struktural an transaksional. Analisis transaksional berasumsi bahwa manusia itu :
1.  Memiliki pilihan-pilihan dan tidak dibelenggu oleh masa lampaunya.  Jadi, manusia memiliki kebebasan untuk menentukan pilihannya sendiri. 
a.  Manusia adalah orang yang telah cukup lama menderita, karena itu mereka ingin bahagia dan   melakukan perubahan.
b.   Adanya kebosanan, kejenuhan dan putus asa. Manusia tidak pernah puas dengan kehidupan yang monoton, kendatipun akan melahirkan perasaan yang bosan, karena itu manusia cenderung melakukan perubahan.
c.   Manusia bisa berubah karena adanya penemuan secara tiba-tiba. Hal ini merupakan hasil analisis transaksional yang dapat diamati. Banyak orang yang awalnya tidak mau berubah, namun dengan adanya informasi, cerita, atau pengetahuan baru, maka akan berupaya untuk melakukan perubahan.
2.   Manusia sanggup melampaui pengkondisian dan pemograman awal. Perubahan manusia itu adalah persoalan disini dan sekarang.
3.   Manusia bisa belajar untuk mempercayai dirinya sendiri, berfikir dan memutuskan untuk dirinya sendiri serta mengungkapkan perasaan-perasaannya.
4.   Manusia sanggup untuk tampil di luar pola-pola kebiasaan dan menyeleksi tujuan-tujuan dan tingkah laku baru.
5.   Manusia bertingkah laku dipengaruhi oleh pengharapan dan tuntutan dari orang lain.
6.   Manusia dilahirkan bebas, tetapi salah satu yang pertama dipelajari adalah berbuat sebagaimana yang diperintahkan.
B.  Pengertian Beberapa Konsep Utama Analisis Transaksional
Konsep utama merupakan unsur-unsur penting yang melengkapi model analisis transaksional secara keseluruhan. Adapun konsep utama tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Status Ego
Menurut Berne (1961) setiap gambaran tingkahlaku yang diperlihatkan individu sebagai manifestasi dari proses psikologis dalam dirinya terbentuk atas proses hasil timbal-balik setelah individu menafsir dan mengolah setiap informasi yang diterima dari dunia di luar dirinya diistilahkan sebagai status Ego atau Ego State. Berne (1961) mula-mula mengategorikan secara garis besar unsur-unsur yang dapat ditemukan dalam kepribadian manusia menjadi tiga jenis status Ego, yaitu, eksteropsikis (“ekstero” berarti “dari luar”), arkeopsikis (“arkeo” berarti “dari dulu”), dan neopsikis (“neo” berarti “dari masa kini”). Eksteropsikis adalah pengaruh psikis dan pengalaman dalam diri seseorang yang didapatkan dari mereka yang pernah membesarkan seseorang sebagai anak kecil, yaitu orangtua dan orang dewasa yang berada di dalam sebuah keluarga. Arkeopsikis adalah pengaruh psikis yang didapatkan dari sisa-sisa pengalaman mereka sebagai seorang anak kecil. Akhirnya, yang dimaksud dengan neopsikis adalah pengalaman baru di dalam kehidupan sehari-hari mereka sebagai orang dewasa yang berpikiran rasional. Setiap individu pasti mendapatkan beberapa pengaruh tersebut dalam ciri kepribadiannya.
Istilah-istilah ini dinilai Berne terlalu sulit untuk dimengerti oleh masyarakat umum. Oleh karena itu, Berne memakai istilah yang lebih mudah untuk dimengerti yaitu pengaruh eksteropsikis disebutnya dengan istilah status Ego Parent atau status Ego Orangtua, arkeopsikis diganti dengan status Ego Child atau status Ego Anak, dan neopsikis dinamai status Ego Adult atau status Ego Dewasa. status Ego yang menjadi karakter seseorang ketika dia melakukan transaksi dengan yang lainnya dapat diketahui dari caranya dalam berkomunikasi, seperti pada kalimat yang diungkapkannya dan bagaimana cara dia berbicara. Istilah status Ego berbeda dari istilah status Ego menurut pandangan Sigmund Freud (Boeree, 2006), yaitu id, ego dan super-ego. Karena bukan merupakan construct sebagaimana ciri status Ego Freud, maka bagian status Ego Berne adalah yang dapat diamati dengan indera dan merupakan bagian dari kenyataan fenomenologis (Harris, 1992).
1) Klasifikasi Status Ego
Status ego terbentuk dalam diri seseorang melalui pengalaman-pengalaman membekas dalam diri yang terbawa sejak masa kecilnya. Pengalaman tersebut meliputi pendapat, pandangan, sikap, hasil mencontoh perilaku Orangtua – para tokoh atau orang penting, yang mempengaruhi kehidupannya.
Ketiga status Ego ini akan menjadi bagian yang digunakan setiap orang dalam berinteraksi dengan orang lain. Dalam pandangan Harris (1992), proses tersebut muncul karena adanya pemutaran berulang setiap data kejadian baik menyangkut orang, waktu, keputusan, atau perasaan yang nyata pada waktu-waktu lalu yang hingga kini masih tersimpan. Setiap inisial status ego yang ditulis dengan huruf kapital (P-A-C), dimaksudkan untuk menunjuk pada status ego tidak aktif atau untuk menjelaskan ketiga status ego secara statis. Sebaliknya inisial status ego yang ditulis dengan huruf p-a-c, menunjuk bahwa yang dimaksud adalah status ego aktif.
a) Status ego Orangtua (Parent)
Jika individu merasa dan bertingkah laku sebagaimana Orangtuanya dahulu, maka dapat dikatakan bahwa individu tersebut dalam keadaan status ego Orangtua. Status ego Orangtua merupakan suatu kumpulan perasaan, sikap, pola-pola tingkah laku yang mirip dengan bagaimana Orangtua individu merasa dan bertingkah laku terhadap dirinya. Ada dua bentuk sikap Orangtua, yaitu: (1) Orangtua Pengritik (Critical Parent). Status ego Orangtua Pengritik secara keseluruhan adalah ekspresi pikiran dan perasaan seseorang dari sifat menghakimi. Orang yang memiliki status ego Orangtua Pengritik cenderung menyampaikan pesan larangan dan penilaian ketika menyampaikan pesan atau sesuatu kepada orang lain (Graham, 2009). Ungkapan-ungkapan dari status ego Orangtua Pengritik lebih bersifat pendapat atau opini mengenai sesuatu dan cenderung mengkritik atau menilai tanpa menerima alasan atau pembelaan dari lawan bicaranya, termasuk menolak memberikan solusi pemecahan masalahnya. Contoh: “Kamu bodoh, menyetrika baju saja kamu tidak bisa.” (2) Status Ego Orangtua Pembimbing (Nurtural Parent). Berbeda dengan status ego Orangtua Pengritik, status ego Orangtua Pembimbing cenderung berisi ungkapan pengertian dan kasih sayang. Sifat utamanya adalah layaknya orangtua yang baik, di antaranya adalah mengajarkan, mendukung, memberi bimbingan dan bahkan menentukan peraturan pada orang lain (Graham, 2009). Ekspresi wajah yang ditampilkan oleh orang dengan status ego Orangtua Pembimbing lebih terlihat tenang dan intonasi suara lembut. Contoh dari ungkapan status ego ini adalah: “Saya akan mengajari anda cara membuat laporan dengan benar, setelah itu silahkan anda mencoba untuk buat sendiri laporannya. Saya yakin Anda pasti bisa.”
b) Status Ego Dewasa (Adult)
Jika individu bertingkah laku secara rasional, melakukan testing realita, maka individu tersebut dikatakan berada dalam status ego Dewasa. status ego Dewasa dapat dilihat dari tingkah laku yang bertanggung jawab, tindakan yang rasional dan mandiri. Sifat status ego Dewasa adalah obyektif, penuh perhitungan dan menggunakan akal.
c) Status ego Anak (Child)
Status ego Anak berisi perasaan, tingkah laku dan bagaimana berpikir ketika masih kanak-kanak dan berkembang bersama dengan pengalaman semasa kanak-kanak. Jika individu melakukan, berperasaan, bersikap seperti yang dilakukan pada masa kanak-kanak, maka individu tersebut dalam kaadaan status ego Anak. status ego Anak dapat dilihat dalam dua bentuk, yaitu: (1) Status Ego Anak yang menyesuaikan (Adapted Child) Anak menyesuaikan diwujudkan dengan tingkah laku yang dipengaruhi oleh orangtuanya. Hal ini dapat menyebabkan anak bertindak sesuai dengan keinginan Orangtuanya seperti penurut, sopan dan patuh, sebagai akibatnya, anak akan menarik diri, takut, manja dan kemungkinan mengalami konflik. (2) Status Ego Anak yang Bebas (Free Child) Anak yang wajar akan terlihat dalam tingkah lakunya seperti lucu, tergantung, menuntut, egois, agresif, kritis, spontan, tidak mau kalah dan pemberontak.
2) Diagnosis status Ego
    Ada empat cara untuk menentukan status ego sebagaimana dikemukakan oleh Berne (1961), yaitu : diagnosis perilaku, diagnosis sosial, diagnosis historis, dan diagnosis fenomenologi. Namun penekanannya lebih diarahkan pada diagnosis perilaku.
a)   Diagnosis perilaku, yaitu menilai ciri-ciri status ego melalui kata-kata, intonasi suara, tempo  bicara, ekspresi, postur, gerakan badan, pernafasan dan gerakan otot dapat menjadi tanda dalam mendiagnosis status ego.
b)   Diagnosis sosial, yaitu mengamati ciri status ego seseorang melalui bentuk interaksi yang  dilakukan terhadap orang lain.
c) Diagnosis historis. Latar belakang dan gambaran masa lalu seseorang merupakan target pendiagnosis ini. Jika seseorang berpikir, merasa dan bertindak didominasi oleh status ego tertentu dan apa yang dimunculkan ternyata memiliki kesesuaian dengan kehidupan di masa lalu maka jelas bahwa secara historis wujud status ego telah terpenuhi.
d)   Diagnosis fenomenologis. Teknik diagnosis ini muncul ketika pengalaman masa silam menjadi bagian dari ingatan seseorang. Artinya diagnosis ini memfokuskan pada kemampuan uji-diri (self-examination). Kadang seseorang mampu secara akurat memastikan bahwa yang aktif dalam dirinya adalah status ego Anak, namun kadang juga sebaliknya bahwa yang semula status ego Anak ternyata status ego Dewasa.
3)   Pencemaran dan Eksklusi Status Ego
      Pencemaran atau kontaminasi status ego merupakan suatu situasi dimana batas antara status ego yang satu dengan status ego lainnya lemah, sehingga status ego tertentu mengalami pencemaran atau terpengaruh oleh status ego yang lain (Berne, 1961). Kontaminasi dapat terjadi pada status ego Orangtua ke Dewasa dan dari status ego Anak ke Dewasa. Kontaminasi juga dapat terjadi secara ganda, yaitu jika status ego Orangtua dan Anak mencemari status Ego Dewasa secara bersamaan.
Keadaan eksklusi (exclusive) terjadi jika seseorang tanpa sadar sering memperagakan penggunaan salah satu status ego dalam waktu lama atau menetap, sehingga kurang memberi kesempatan kepada status ego lainnya untuk berekspresi (Berne, 1961; de Blot, 2002). Sebagai contoh misalnya, penggunaan status ego Orangtua sehingga individu sering terlihat selalu menunjukkan perilaku menasehati, marah, membatasi, menunjukkan kewibawaan berlebihan, dan menghardik. Penggunaan status ego Dewasa secara tepat dapat mengarahkan individu untuk mempertimbangkan situasi yang sesuai menunjukkan kewibawaan, menasehati, marah, membatasi ataupun menghardik. Demikian halnya bila disadari, penggunaan status ego Anak akan membantunya untuk tidak selalu dengan ciri status ego Orangtua tetapi dapat menunjukkan perilaku bergurau, humor, atau dengan cara bermohon (de Blot, 2002). Individu dikatakan memiliki ciri kepribadian yang baik jika status Ego dewasa dapat menjadi pengendali dari ketiga status ego secara efektif dan sehat (Boholst, 2002).
4)  Egogram
     Egogram merupakan sejenis peraga untuk merekam sejauhmana fungsi status ego aktif yang  tergambar melalui perilaku seseorang. Dussay (1984) menggambarkan rekaman setiap status ego seseorang menjadi semacam grafik yang dibuat secara intuitif. Egogram ini terdiri dari sebuah garis kolom dibagi lima untuk masing-masing fungsi status ego. Gambar 2 memperlihatkan egogram yang terdiri dari lima kotak sesuai status ego individu, sehingga hasil imajinasi seseorang terhadap status ego pribadinya akan menunjukkan kolom status ego mana yang menonjol terhadap kolom status ego lainnya.

      Tujuan Konseling
Tujuan dari Analisis Transaksional adalah membantu klien dalam membuat keputusan-keputusan baru yang menyangkut tingkah lakunya sekarang dan arah hidupnya. Ada 4 tujuan yang ingin dicapai dalam analisis transaksional, yaitu :
  1. Konselor membantu klien dalam kontaminasi status ego yang berlebihan
  2. Konselor berusaha membantu mengembangkan kapasitas diri klien dalam menggunakan status ego yang cocok
  3. Konselor berusaha membantu klien di dalam mengembangkan seluruh status ego dewasanya. Pada hakikatnya adalah menetapkan penetapan dan pemikiran individu.
  4. Membantu klien dalam membebaskan dirinya dari posisi hidup yang kurang cocok serta menggantinya dengan rencana hidup yang baru.
Tahapan Proses Terapi Analisis Transaksional
  1. Pendahuluan, yaitu untuk menentukan kontrak dengan klien baik mengenai masalah maupun tanggung jawab kedua pihak
  2. Mengajarkan klien tentang status ego statenya dengan diskusi bersama klien
  3. Membuat kontrak yang dilakukan oleh klien sendiri, yang berisikan tentang apa yang akan dilakukan, bagaimana klien mengarah kepada tujuan yang telah ditetapkan dan klien tahu kapan kontraknya akan habis
a.     Dalam kontrak, konselor dan klien dalam transaksi dewasa-dewasa serta ada kesepakatan dalam menentukan tujuan-tujuan yang ingin dicapai.
b.      Kontrak harus mempertimbangkan beberapa hal, yaitu :
Pertimbangan pertama, yaitu konselor memberikan layanan kepada klien secara profesional
Pertimbangan kedua, yaitu klien memberikan imbalan jasa kepada konselor, dan menandatangani serta melaksanakan isi kontrak sesuai dengan jadwal atau waktu yang telah ditetapkan
c.   Kontrak memiliki pengertian sebagai suatu bentuk kompetensi antara 2 pihak yaitu konselor   yang harus memiliki kecakapan untuk membantu klien dalam masalahnya dan klien harus cukup umur dan matang untuk memasuki suatu kontrak
d.   Tujuan dari kontrak haruslah sesuai dengan kode etik konseling
4.   Setelah kontrak ini selesai baru konselor bersama klien menetapkan ego state dan memperbaikinya sehingga terjadi dan tercapai tujuan konseling

Kelebihan Terapi Analisis Transaksional
  1. Terapi Analisis Transaksional bekerja dalam kelompok dengan menolong ahli memahami bagaimana mereka boleh berfungsi secara interpersonal dan intrapersonal serta cara ingin membuat keputusan dalam kehidupan. Konsep terapi analisis transaksional berguna untuk menolong setiap ahli dalam kemlompok menyadari bahwa mereka perlu melakukan sesuatu untuk berubah.
  2. Mudah dipahami dan boleh digunakan sebagai asas dalam suatu jangka masa yang singkat, yaitu beberapa jam.
  3. Dapat memberikan keputusan dengan cepat
  4. Boleh digunakan dalam pekerjaan, psikologi pendidikan, konseling, psikoterapi dan sangat berkesan jika dibandingkan dengan pendekatan lain. 
Kekurangannya 
 1. Terlalu meminimalkan masa lampau atau masa kanak-kanak

sumber :  
Rizky Putra Asridha. Psikologi Konseling. Universitas Mercubuana. Link: kk.mercubuana.ac.id.
Mohamed Sharif Mustaffa. 2006. books. google.id.
http://www.mediawiki.org/wiki/Thread:Template_talk:Help_box/Analisis_Transactional
      http://id.scribd.com/doc/87948644/Kelebihan-Teori-teori-BK oleh Eddy Sutarjo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar