Kamis, 28 Maret 2013

Client-Centered Therapy


CLIENT-CENTERED THERAPY

Carl R. Rogers mengembangkan terapi client-centered sebagai reaksi terhadap apa yang disebutnya keterbatasan-keterbatasan mendasar dari psikoanalisis. Pada hakikatnya, terapi client-centered adalah cabang khusus dari terapi humanistik yang menggarisbawahi tindakan mengalami klien berikut dunia subjektif dan fenomenalnya. Terapi client-centered menaruh kepercayaan yang besar pada kesanggupan klien untuk mengikuti jalan terapi dan menemukan arahnya sendiri. Hubungan terapeutik antara terapis dan klien merupakan katalisator bagi perubahan, klien menggunakan hubungan yang unik sebagai alat untuk meningkatkan kesadaran dan untuk menemukan sumber-sumber terpendam yang bisa digunakan secara konstruktif dalam pengubahan hidupnya.

Konsep-konsep utama

Pandangan tentang sifat manusia
            Pandangan client-centered tentang sifat manusia menolak konsep tentang kecenderungan-kecenderungan negatif dasar dan memandang manusia sebagai terisolasi dan bergerak ke muka, sebagai berjuang untuk berfungsi penuh, serta sebagai memiliki kebaikan yang positif pada intinya yang terdalam. Jadi, manusia dipercayai dan karena pada dasarnya kooperatif dan konstruktif, tidak perlu diadakan pengendalian terhadap dorongan-dorongan agresifnya.
            Model client-centered menolak konsep yang memandang terapis sebagai otoritas yang mengetahui yang terbaik dan yang memandang klien sebagai manusia pasif yang hanya mengikuti perintah-perintah terapis. Oleh karena itu, terapi client-centered berakar pada kesanggupan klien untuk sadar dan membuat putusan-putusan.

Ciri-ciri pendekatan client-centered
            Rogers menguraikan ciri-ciri yang membedakan pendekatan client-centered, yaitu : Pendekatan client-centered difokuskan pada tanggung jawab dan kesanggupan secara lebih penuh. Klien, sebagai orang yang paling mengetahui dirinya sendiri, adalah orang yang harus menemukan tingkah laku yang lebih pantas bagi dirinya. Lalu, pendekatan client-centered menekankan dunia fenomenal klien. Dengan empati yang cermat dan dengan usaha untuk memahami kerangka acuan internal klien, terapis memberikan perhatian terutama pada persepsi diri klien dan persepsinya terhadap dunia.
            Menurut pendekatan client-centered, psikoterapi hanyalah salah satu contoh dari hubungan pribadi yang konstruktif. Klien mengalami pertumbuhan psikoterapeutik di dalam dan melalui hubungannya dengan seseorang yang membantunya melakukan apa yang tidak bisa dilakukannya sendirian.
            Terapi client-centered memasukkan konsep bahwa fungsi terapis adalah tampil langsung dan bisa dijangkau oleh klien serta memusatkan perhatian pada pengalaman di sini dan sekarang yang tercipta melalui hubungan antara klien dan terapis. Pendekatan client – centered yang berakar pada sekumpulan sikap dan kepercayaan yang ditunjukkan oleh terapis, barangkali paling tepat dicirikan sebagai suatu cara ada dan sebagai perjalanan bersama dimana baik terapis maupun klien memperlihatkan kemanusiawiannya dan berpartisipasi dalam pengalaman pertumbuhan.

Proses Terapeutik
            Menurut Rogers (1961), pertanyaan “siapa saya?” mengantarkan kebanyakan orang kepada psikoterapi. Tujuam dasar terapi client-centered menciptakan iklim yang kondusif bagi usaha membantu klien untuk menjadi seseor ang pribadi yang berfungsi penuh. Rogers (1961) menguraikan ciri-ciri orang yang bergerak ke arah menjadi bertambah teraktualkan :
1.      Keterbukaan kepada pengalaman
Memerlukan kenyataan tanpa mengubah bentuknya supaya sesuai dengan struktur diri yang tersusun lebih dulu. Keterbukaan kepada pengalaman menyiratkan menjadi lebih sadar terhadap kenyataan sebagaimana kenyataan itu hadir di luar dirinya.
2.      Kepercayaan terhadap organisme sendiri
Salah satu tujuan terapi adalah membantu klien dalam membangun rasa percaya terhadap diri sendiri. Dengan meningkatnya keterbukaan klien kepada pengalaman-pengalamannya sendiri, kepercayaan klien kepada dirinya sendiri pun mulai timbul.
3.      Tempat evaluasi internal
Tempat evaluasi internal yang berkaitan dengan kepercayaan diri, berarti lebih banyak mencari jawaban-jawaban kepada diri sendiri bagi masalah-masalah keberadaannya.
4.      Kesediaan untuk menjadi suatu proses
Konsep tentang diri dalam proses pemenjadian, yang merupakan lawan dari konsep tentang diri sebagai produk, sangat penting. Para klien dalam terapi berada dalam proses pengujian persepsi-persepsi dan kepercayaan-kepercayaan serta membuka diri bagi pengalaman-pengalaman baru dan revisi-revisi alih-alih menjadi wujud yang membeku.

Kelebihan Client-Centered Therapy
·    Menekankan bahwa konseli dapat menentukan keberhasilan atau kegagalan proses konseling
·    Konseli diberikan kebebasan untuk merubah dirinya sendiri
·    Pentingnya hubungan antar pribadi dalam proses konseling
·    Pentingnya konsep diri
·    Konselor berperan untuk mengarahkan dan menunjukkan sikap penuh pemahaman dan penerimaann


Kelemahan Client-Centered Therapy
·    Terkadang konseli merasa tidak diarahkan dan merasa tidak ada tujuan yang jelas dari proses konseling
·    Dianggap terlalu terikat pada lingkungan kebudayaan AS yang sangat menghargai kemandirian serta pengembangan potensi
·    Client-centered therapy yang beraliran ortodoks akan sulit diterapkan terhadap siswa atau mahasiswa karena jarang dilaksanakan dalam institusi pendidikan di Indonesia

Sumber :
Corey, Gerald. (1995). Teori dan praktek konseling dan terapi. Bandung : PT. Eresco.
Putri, Rizky. (2010). Psikologi Konseling. www. mercubuana.ac.id.



Rabu, 20 Maret 2013

Terapi Eksistensial-Humanistik



Terapi Eksistensial Humanistik
Tokohnya adalah Carl Rogers (1902 - 1987), adalah seorang psikolog humanistik yang menekankan perlunya sikap saling menghargai dan tanpa prasangka (antara klien dan terapist) dalam membantu individu mengatasi masalah-masalah kehidupannya. Rogers menyakini bahwa klien sebenarnya memiliki jawaban atas permasalahan yang dihadapinya dan tugas terapist hanya membimbing klien menemukan jawaban yang benar. Menurut Rogers, teknik-teknik assessment dan pendapat para terapist bukanlah hal yang penting dalam melakukan treatment kepada klien. Terapi eksistensial berpijak pada premis bahwa manusia tidak bias melarikan diri dari kebebasan dan bahwa kebebasan dan tanggung jawab itu saling berkaitan. Dalam penerapan terapeutiknya, pendekatan eksistensial humanistic memusatkan perhatian pada asumsi-asumsi filosofis yang melandasi terapi. Terapi eksitensial humanistic menyajikan suatu landasan filosofis bagi orang-orang dalam hubungan dengan sesamanya yang menjadi cirri khas, kebutuhan  yang unik dan menjadi tujuan konselingnya dan yang melalui implikasi-implikasi bagi usaha membantu individu dalam menghadapi pertanyaan-pertanyaan dasar yang menyangkut keadaan manusia.

Konsep-konsep utama
Terapi eksistensial humanistik berfokus pada kondisi manusia terutama adalah suatu sikap yang menekankan pada pemahaman atas manusia alih-alih suatu sistem teknik-teknik yang digunakan untuk mempengaruhi klien.

Kesadaran diri
Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri, suatu kesanggupan yang unik dan nyata yang memungkinkan manusia mampu berpikir dan memutuskan. Semakin kuat kesadaran diri itu maka akan semakin besar pula kebebasan yang ada pada orang itu. Para eksistensialis menekankan bahwa manusia bertanggung jawab atas keberadaan dan nasibnya.

Kebebasan, tanggung jawab, dan kecemasan
Kesadaran atas kebebasan tanggung jawab bias menimbulkan kecemasan yang menjadi atribut dasar pada manusia. Dan juga bias diakibatkan oleh kesadaran atas keterbatasannya dan atas kemungkinan yang tak terhindarkan untuk mati.

Penciptaan makna
Manusia berusaha untuk menemukan tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan makna bagi kehidupan. Manusia juga berusaha untuk mengaktualkan diri yakni mengungkapkan potensi-potensi manusiawinya.

Proses-proses terapeutik
Pada dasarnya, terapi eksistensial adalah meluaskan kesadaran diri klien, dan karenanya meningkatkan kesanggupan pilihannya, yakni menjadi bebas dan bertanggung jawab atas arah hidupnya. Penerimaan tanggung jawab itu bukan suatu hal yang mudah. Banyak orang yang takut akan beratnya bertanggung jawab atas menjadi apa dia sekarang dan akan menjadi apa dia selanjutnya. Mereka harus memilih, misalnya akan tetap berpegang pada kehidupan yang dikenalnya atau akan membuka diri kepada kehidupan yang kurang pasti dan lebih menantang. Oleh karena itu, terapi eksistensial juga bertujuan membantu klien agar mampu menghadapi kecemasan sehubungan tindakan memilih diri, dan menerima kenyataan bahwa dirinya lebih dari sekedar korban kekuatan-kekuatan deterministik di luar dirinya.
Proses konseling oleh para eksistensial meliputi 3 tahap, yaitu :
1. Tahap pertama, konselor membantu klien dalam mengidentifikasi dan mengklarifikasi  asumsi mereka terhadap dunia. Klien diajak mendefinisikan cara pandang agar eksistensi mereka diterima. Konselor mengajarkan mereka bercermin pada eksistensi mereka dan meniliti peran mereka dalam hal penciptaan masalah dalam kehidupan mereka.
2. Pada tahap kedua, klien didorong agar bersemangat untuk lebih dalam meneliti sumber dan   otoritas dari sistem mereka. Semangat ini akan memberikan klien pada pemahaman baru dan restrukturisasi nilai dan sikap mereka untuk mecapai kehidupan yang lebih baik dan dianggap pantas.
3. Tahap ketiga berfokus pada untuk bisa melaksanakan apa yang telah mereka pelajari tentang diri mereka. Klien didorong untuk mengaplikasikan nilai barunya dengan jalan yang kongkrit. Klien biasanya akan menemukan kekuatan untuk menjalani eksistensi kehidupannya yang memiliki tujuan. Dalam perspektif eksistensial, teknik sendiri dipandang alat untuk membuat klien sadar akan pilihan mereka serta bertanggung jawab atas penggunaan kebebasan pribadinya.

Penerapan : Teknik-teknik dan prosedur terapeutik
Terapi eksistensial humanistik tidak memiliki teknik-teknik yang ditentukan secara ketat. Prosedur terapeutik bias dipungut dari beberapa pendekatan terapi lainnya. Pertanyaan-pertanyaan eksistensial yang menempati kedudukan sentral dalam terapi adalah  :
Seberapa besar saya menyadari siapa saya ini?
Bisa menjadi apa saya ini?
Bagaimana saya memilih menciptakan kembali identitas diri saya yang berkarang?
Seberapa besar kesanggupan saya untuk menerima kebebasan memilih jalan hidup saya sendiri?
Bagaimana saya mengatasi kecemasan yang ditimbulkan oleh kesadaran atas pilihan-pilihan?
Sejauh mana saya hidup dari dalam pusat diri saya sendiri?
Apa yang saya lakukan untuk menemukan makna hidup ini?
Apa saya menjalani hidup, ataukah saya hanya puas atas keberadaan saya?
Apa yang saya lakukan untuk membentuk identitas pribadi yang saya inginkan?

Kelebihan dan kekurangan teori Rogers
Kelebihannya :
·    Pencatatan yang tepat
·    Bersifat pada pembentukan kepribadian, hati nurani, dan perubahan sikap

Kelemahannya :
·  Pandangan rogers terletak pada mengenai jalannya terapi perhatiannya yang semata-mata melihat kehidupan diri sendiri dan ini memungkinkan rogers bukan pada bantuan untuk menyelidiki jalannya pertumbuhan serta perkembangan perawatan secara orang lain.
·   Rogers juga mengabaikan obyektif dan kuantitatif aspek-aspek sadar dalam tingkah laku manusia karena ia lebih melihat pada pengalaman masa sekarang dan masa depan, bukan pada masa lampau yang biasanya menyebabkan seseorang mengalami suatu penyakit traumatic.

Sumber :
Corey, Gerald. (1995). Teori dan praktek konseling dan psikoterapi. Bandung : PT. Eresco.
http://www.e-psikologi.com.
http://www.slideshare.net.

Sabtu, 16 Maret 2013

TUGAS PSIKOTERAPI

TERAPI PSIKOANALISA

Pendirinya adalah Sigmund Freud yang lahir pada tanggal 6 Mei 1856 di Freiberg, Moravia, di perbatasan Austria-Hongaria dan meninggal pada tanggal 23 September 1939 di London. Freud mengembangkan sistem psikoanalisanya ketika dia meneliti gangguan-gangguan ringan yang menjurusp ada penyakit kejiwaan seperti histeria dan neurosis kompulsi. Ia mencoba untuk memperbaiki metode-metode lama dengan cara meneliti sejarah kehidupan pasien dan mendapati bahwa gejala-gejala gangguan yang tampaknya tidak bisa dijelaskan sebenarnya mempunyai makna tertentu dan bahwa manifestasi-manifestasinya gangguan itu bukan fenomena yang terjadi secara serampangan tetapi memiliki keteraturan-keteraturan tertentu.
Psikoanalisis adalah suatu sistem dalam psikologi yang berasal dari penemuan-penemuan Freud dan menjadi dasar dalam teori psikologi yang berhubungan dengan gangguan kepribadian dan perilaku neurotik. Psikoanalisis memandang kejiwaan manusia sebagai ekspresi dari adanya dorongan yang menimbulkan konflik. Psikoanalisa selalu dapat menunjukkan bahwa gangguan-gangguan ini terkait dengan masalah atau konflik tertentu yang sedang dihadapi penderita. Psikoanalisis sebagai teori psikoterapi berasal dari uraian Freud bahwa gejala neurotik seseorang timbul karena tertahannya ketegangan emosi yang ada, ketegangan yang ada kaitannya dengan ingatan yang ditekan, ingatan yang mengenai hal-hal yang traumatik dari pengalaman seksual pada masa kecil. Freud mengembangkan konsep struktur mind di atas dengan mengembangkan ‘mind apparatus’, yaitu yang dikenal dengan struktur kepribadian Freud dan menjadi konstruknya yang terpenting, yaitu id, ego dan super ego.
  • Id adalah struktur paling mendasar dari kepribadian, seluruhnya tidak disadari dan bekerja menurut prinsip kesenangan, tujuannya pemenuhan kepuasan yang segera.
  • Ego berkembang dari id, struktur kepribadian yang mengontrol kesadaran dan mengambil keputusan atas perilaku manusia. Superego, berkembang dari ego saat manusia mengerti nilai baik buruk dan moral.
  • Superego merefleksikan nilai-nilai sosial dan menyadarkan individu atas tuntuta moral. Apabila terjadi pelanggaran nilai, superego menghukum ego dengan menimbulkan rasa salah.
Awalnya digunakan teknik hipnosis, namun tidak semua orang mudah untuk terhipnosis, maka Freud melakukan teknik asosiasi bebas. Dengan asosiasi bebas, pasien bebas untuk mengemukakan segala hal yang ingin dikemukakan termasuk yang tadinya ditekan ke alam bawah sadarnya tanpa dihambat atau dikritik. Teknik dasar untuk melakukan psikoanalisis ialah dengan meminta pasien berbaring di dipan khusus dan psikoanalis duduk di belakangnya, jadi posisi pasien menghadap ke arah lain. Lalu pasien diminta untuk mengemukakan apa yang muncul dalam pikirannya dengan bebas. Psikoanalis pada dasarnya mendengarkan tanpa menilai atau memberi kritik dan memperlihatkan sikap ingin mengetahui lebih banyak tentang pasien. Namun, pada saat tertentu psikoanalis memotong asosiasi bebas yang sedang dikemukakan pasien bilamana dianggap penting untuk memperjelas hubungan dengan mimpi yang dialami. Proses selanjutnya yang berlangsung adalah tahap pembukaan melalui wawancara yang dilakukan secara tatap muka. Dari proses yang berlangsung hal yang penting ialah masalah transferens yaitu bentuk ingatan kejadian-kejadian yang telah dialami dan diulang kembali dalam keadaan sekarang atau yang akan datang. Pasien menghubungkan hambatan yang dialami dengan konflik yang terjadi di bawah sadar mengenai harapan yang penting dalam hidupnya. Pasien harus idealis menghadapi hal-hal yang diinginkannya, namun harus menghadapi kenyataannya pula. Terapi psikonalisa dapat digunakan dalam masalah kehidupan sehari-hari, seperti :
1. kesalahan dalam mengingat nama orang
2. kesalahan dalam mengingat kata-kata asing
3. kesalahan dalam mengingat nama dan urutan kata
4. masa kanak-kanak dan ingatan tersembunyi
5. kesalahan dalam baca dan mulis
6. kesalahan dalam bicara
7. lupa terhadap kesan dan niatan
8. salah dalam bertindak
9. salah dalam penyajian fakta
10.kombinasi kesalahan tindakan
11. determinisme, kebetulan, tahayul
12. tindakan simptomatis bersifat kebetulan

Kelemahan dari terapi psikoanalisa adalah  
  • Pandangan yang terlalu merendahkan martabat kemanusiaan
  • Terlalu meminimalkan rasional 
  • Perilaku ditentukan oleh energi psikis adalah sesuatu yang meragukan 
  • Penyembuhan dan psikianalisis terlalu bersifat rasional dalam pendekatannya
  • Data penelitian kurang banyak mendukung system psikoanalisis
  • Terlalu banyak menekankan kepada pengalaman masa lalu, hal ini memberikan gambaran seolah-olah tanggung jawab individu berkurang
Sedangkan kelebihannya adalah  
  • Adanya motivasi yang tidak selamanya disadari 
  • Teori kepribadian dan teknik psikoterapi 
  • Pentingnya masa kanak – kanak dalam perkembangan kepribadian
  • Model penggunaan interview sebagai alat terapi 
  • Pentingnya sikap non moral pada terapis Adanya penyesuaian antara teori dan teknik
  • Adanya penyesuaian antara teori dan teknik
sumber  :
Gunarsa, Singgih. (1996). Konseling dan psikoterapi. Jakarta : PT. BPK Gunung Mulia.
M, Seruri dan A. Santoso. (2005). (cetakan pertama). Psikopatologi dalam kehidupan sehari-hari. Jakarta : Pedati.
http://rumahbelajarpsikologi.com
http://vievie-28.web.id