Rabu, 20 Maret 2013

Terapi Eksistensial-Humanistik



Terapi Eksistensial Humanistik
Tokohnya adalah Carl Rogers (1902 - 1987), adalah seorang psikolog humanistik yang menekankan perlunya sikap saling menghargai dan tanpa prasangka (antara klien dan terapist) dalam membantu individu mengatasi masalah-masalah kehidupannya. Rogers menyakini bahwa klien sebenarnya memiliki jawaban atas permasalahan yang dihadapinya dan tugas terapist hanya membimbing klien menemukan jawaban yang benar. Menurut Rogers, teknik-teknik assessment dan pendapat para terapist bukanlah hal yang penting dalam melakukan treatment kepada klien. Terapi eksistensial berpijak pada premis bahwa manusia tidak bias melarikan diri dari kebebasan dan bahwa kebebasan dan tanggung jawab itu saling berkaitan. Dalam penerapan terapeutiknya, pendekatan eksistensial humanistic memusatkan perhatian pada asumsi-asumsi filosofis yang melandasi terapi. Terapi eksitensial humanistic menyajikan suatu landasan filosofis bagi orang-orang dalam hubungan dengan sesamanya yang menjadi cirri khas, kebutuhan  yang unik dan menjadi tujuan konselingnya dan yang melalui implikasi-implikasi bagi usaha membantu individu dalam menghadapi pertanyaan-pertanyaan dasar yang menyangkut keadaan manusia.

Konsep-konsep utama
Terapi eksistensial humanistik berfokus pada kondisi manusia terutama adalah suatu sikap yang menekankan pada pemahaman atas manusia alih-alih suatu sistem teknik-teknik yang digunakan untuk mempengaruhi klien.

Kesadaran diri
Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri, suatu kesanggupan yang unik dan nyata yang memungkinkan manusia mampu berpikir dan memutuskan. Semakin kuat kesadaran diri itu maka akan semakin besar pula kebebasan yang ada pada orang itu. Para eksistensialis menekankan bahwa manusia bertanggung jawab atas keberadaan dan nasibnya.

Kebebasan, tanggung jawab, dan kecemasan
Kesadaran atas kebebasan tanggung jawab bias menimbulkan kecemasan yang menjadi atribut dasar pada manusia. Dan juga bias diakibatkan oleh kesadaran atas keterbatasannya dan atas kemungkinan yang tak terhindarkan untuk mati.

Penciptaan makna
Manusia berusaha untuk menemukan tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan makna bagi kehidupan. Manusia juga berusaha untuk mengaktualkan diri yakni mengungkapkan potensi-potensi manusiawinya.

Proses-proses terapeutik
Pada dasarnya, terapi eksistensial adalah meluaskan kesadaran diri klien, dan karenanya meningkatkan kesanggupan pilihannya, yakni menjadi bebas dan bertanggung jawab atas arah hidupnya. Penerimaan tanggung jawab itu bukan suatu hal yang mudah. Banyak orang yang takut akan beratnya bertanggung jawab atas menjadi apa dia sekarang dan akan menjadi apa dia selanjutnya. Mereka harus memilih, misalnya akan tetap berpegang pada kehidupan yang dikenalnya atau akan membuka diri kepada kehidupan yang kurang pasti dan lebih menantang. Oleh karena itu, terapi eksistensial juga bertujuan membantu klien agar mampu menghadapi kecemasan sehubungan tindakan memilih diri, dan menerima kenyataan bahwa dirinya lebih dari sekedar korban kekuatan-kekuatan deterministik di luar dirinya.
Proses konseling oleh para eksistensial meliputi 3 tahap, yaitu :
1. Tahap pertama, konselor membantu klien dalam mengidentifikasi dan mengklarifikasi  asumsi mereka terhadap dunia. Klien diajak mendefinisikan cara pandang agar eksistensi mereka diterima. Konselor mengajarkan mereka bercermin pada eksistensi mereka dan meniliti peran mereka dalam hal penciptaan masalah dalam kehidupan mereka.
2. Pada tahap kedua, klien didorong agar bersemangat untuk lebih dalam meneliti sumber dan   otoritas dari sistem mereka. Semangat ini akan memberikan klien pada pemahaman baru dan restrukturisasi nilai dan sikap mereka untuk mecapai kehidupan yang lebih baik dan dianggap pantas.
3. Tahap ketiga berfokus pada untuk bisa melaksanakan apa yang telah mereka pelajari tentang diri mereka. Klien didorong untuk mengaplikasikan nilai barunya dengan jalan yang kongkrit. Klien biasanya akan menemukan kekuatan untuk menjalani eksistensi kehidupannya yang memiliki tujuan. Dalam perspektif eksistensial, teknik sendiri dipandang alat untuk membuat klien sadar akan pilihan mereka serta bertanggung jawab atas penggunaan kebebasan pribadinya.

Penerapan : Teknik-teknik dan prosedur terapeutik
Terapi eksistensial humanistik tidak memiliki teknik-teknik yang ditentukan secara ketat. Prosedur terapeutik bias dipungut dari beberapa pendekatan terapi lainnya. Pertanyaan-pertanyaan eksistensial yang menempati kedudukan sentral dalam terapi adalah  :
Seberapa besar saya menyadari siapa saya ini?
Bisa menjadi apa saya ini?
Bagaimana saya memilih menciptakan kembali identitas diri saya yang berkarang?
Seberapa besar kesanggupan saya untuk menerima kebebasan memilih jalan hidup saya sendiri?
Bagaimana saya mengatasi kecemasan yang ditimbulkan oleh kesadaran atas pilihan-pilihan?
Sejauh mana saya hidup dari dalam pusat diri saya sendiri?
Apa yang saya lakukan untuk menemukan makna hidup ini?
Apa saya menjalani hidup, ataukah saya hanya puas atas keberadaan saya?
Apa yang saya lakukan untuk membentuk identitas pribadi yang saya inginkan?

Kelebihan dan kekurangan teori Rogers
Kelebihannya :
·    Pencatatan yang tepat
·    Bersifat pada pembentukan kepribadian, hati nurani, dan perubahan sikap

Kelemahannya :
·  Pandangan rogers terletak pada mengenai jalannya terapi perhatiannya yang semata-mata melihat kehidupan diri sendiri dan ini memungkinkan rogers bukan pada bantuan untuk menyelidiki jalannya pertumbuhan serta perkembangan perawatan secara orang lain.
·   Rogers juga mengabaikan obyektif dan kuantitatif aspek-aspek sadar dalam tingkah laku manusia karena ia lebih melihat pada pengalaman masa sekarang dan masa depan, bukan pada masa lampau yang biasanya menyebabkan seseorang mengalami suatu penyakit traumatic.

Sumber :
Corey, Gerald. (1995). Teori dan praktek konseling dan psikoterapi. Bandung : PT. Eresco.
http://www.e-psikologi.com.
http://www.slideshare.net.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar