Jumat, 26 April 2013

Behavior Therapy

Behavior Therapy adalah terapi psikologis singkat bertarget yang lebih menangani gambaran terkini berbagai gangguan ketimbangan, mengurusi perkembangan sebelumnya. Terapi ini didasarkan pada teori pembelajaran perilaku, yang selanjutnya didasarkan pada classical dan operant conditioning. Tokohnya adalah Pavlov, Skinner, Thorndike, Bandura.

Pandangan tentang manusia
Faktor lingkungan amat penting dalam proses belajar, manusia adalah produser dan produk dari lingkungannya.
Aspek penting pada manusia adalah tingkah laku yang dapat diukur (tidak selalu overt) dan pengukuran klinisnya harus berdasarkan pada pengukuran empiris.

Konsep penting
CS, UCS
Stimulus, respon, reinforcement
Shaping, extincion
Modeling

3 tema dalam behavior therapy
1. Berorientasi pada aksi
2. Proses kognitif'
3. Peran tanggung jawab terhadap suatu perilaku

Tujuan 
1. Tujuan terapis merupakan pusat kepentingan dari terapi (sebagai arah terapi, acuan strategi intervensi dan evaluasi)
2. Tujuan umum terapi : menciptakan suatu kondisi baru untuk belajar
3. Terapi bukan sebagai treatment simptom, melainkan klien menggantikannya dengan perilaku baru
4. Tujuan terapi merupakan hasil kerjasama terapis dan klien (kompromi tujuan sosial dan tujuan individu)

Prinsip-prinsip
1. Meningkatkan atau mempertahankan perilaku merupakan perilaku mungkin akan meningkat baik frekuensi, kompleksitas atau lamanya dengan pemberian reinforcement yaitu suatu proses dimana kejadian atau kondisi lingkungan yang menyertai perilaku dapat mempengaruhi perilaku kemudian. Ada positif dan negatif reinforcement.
- Positif reinforcement adalah meningkatnya frekuensi sebuah respon karena respon tersebut diikuti oleh stimulus yang menyenangkan.
-Negatif reinforcement adalah meningkatnya frekuensi suatu respon karena respon tersebut memindahkan beberapa stimulus yang negatif atau menyakitkan dan tidak menyenangkan.
2. Menurunnya perilaku
Upaya meningkatkan perilaku dilakukan dengan pemberian punishment dan extinction. Punishment adalah konsekuensi-konsekuensi yang menghasilkan penekanan atau penurunan frekuensi tingkah laku yang akan muncul. Ada positif dan negatif.
- Positif punishment menghasilkan stimulus bertentangan yang mengikuti suatu perilaku dengan tujuan menurunkan perilaku tersebut.
- Negatif punishment adalah kejadian yang menggantikan atau menurunkan suatu perilaku. Ada 2 bentuk yaitu respon cost adalah kerugian yang mengikuti perilaku dan time out adalah prosedur punishment dalam periode waktu tertentu dimana selama waktu tersebut pemberian reinforcement tidak sesuai.
- Extinction prosedur yang biasa digunakan oleh pemberi reinforcement untuk menghilangkan perilaku.

Teknik dan prosedur
1. Pelatihan relaksasi untuk mengatasi stress yang muncul akibat masalah sehari-hari
2. Desensitisasi sistematik digunakan untuk mengatasi rasa cemas akibat perilaku maladaptif dan reaksi menghindar 
3. Terapi implosif yang menggunakan imajinasi dan menciptakan rasa cemas
4. Teknik aversif untuk memodifikasi perilaku yang berlebihan dan perilaku agresif
5. Token ekonomi berdasarkan proses reinforcement dan extinction dengan prinsip-prinsip ekonomi
6. Metode modeling
7. CBT

Kekurangan

  • Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru (teacher centered learning), bersifat meanistik, dan hanya berorientasi pada hasil yang diamati dan diukur
  • Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif.Penggunaan hukuma sebagai salah satu cara untuk mendisiplinkan
  • siswa ( tori skinner ) baik hukuman verbal maupun fisik seperti kata – kata kasar , ejekan , jeweran yang justru berakibat buruk pada siswa.

Kelebihan

  • Sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsure-unsur seperti kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleks, dan daya tahan.
Contoh :
Percakapan bahasa asing,mengetik,menari,berenang,olahraga.
Cocok diterapkakn untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi hadiah atau pujian.
  • Dapat dikendalikan melalui cara mengganti mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya

sumber : http://www.slideshare.net/triysr/terapi-perilaku oleh Try3 Sa
kk.mercubuana.ac.id/files oleh Rah Madya Handaya




Jumat, 19 April 2013

RET



RATIONAL EMOTION  THERAPY
Tokohnya Albert Ellis (1913-2007). Pada tahun 1979, Eliis menekankan pemikiran, perhitungan, pemilihan, penganalisisan dan tindakan. Pendekatan terapi ini mengandaikan bahawapemikiran, emosi dan tingkah lakuberinteraksi dan mempunyai kesan kepada perhubungan.  Ellis memandang bahwa manusia itu bersifat rasional dan juga irasional. Orang berperilaku dalam cara-cara tertentu karena ia percaya bahwa ia harus bertindak dalam cara itu. Orang mempunyai derajat yang tinggi dalam sugestibilitas dan emosionalitas yang negatif seperti kecemasan, rasa berdosa, permusuhan, dan sebagainya. Masalah-masalah emosional terletak dalam berpikir yang tidak logis. Dengan mengoptimalkan kekuatan intelektualnya, seseorang dapat membebaskan dirinya dari gangguan emosional. Para penganut teori RET percaya bahwa tidak ada orang yang disalahkan dalam segala sesuatu yang dilakukannya, tetapi setiap orang bertanggungjawab akan semua perilakunya.
Unsur pokok terapi rasional-emotif adalah asumsi bahwa berpikir dan emosi bukan dua proses yang terpisah: pikiran dan emosi merupakan dua hal yang saling bertumpangtindih dalam prakteknya kedua hal itu saling berkaitan. Emosi disebabkan dan dikendalikan oleh pikiran. Emosi adalah pikiran yang dialihkan dan diprasangkakan sebagai suatu proses sikap dan kognitif yang intristik. Pikiran-pikiran seseorang dapat menjadi emosi orang tersebut, dan merasakan sesuatu dalam situasi tertentu dapat menjadi pemikiran seseorang. Atau dengan kata lain, pikiran mempengaruhi emosi dan sebaliknya emosi mempengaruhi pikiran.
Terapi ini menekankan emosi yang dihasilkan olehpemikiran manusia itu sendiri. Dengan gangguan emosi sebagai aktif daripada kesalahan seseorang itu dan idea-idea yang tidak logik tentang situasi tertentu dan mengatakan bahawa sifat ‘ menyalahkan ’itu adalah tonggak bagi gangguan emosi. Untuk mengubati gangguan ini, seseorangharus berhenti daripada menyalahkan dirisendiri mahupun orang lain. Sebaliknya diasanggup menerima dirinya daripadamenyesali dan mengutuknya.
Pandangan yang penting dari teori ini adalah konsep bahwa banyak perilaku emosional individu yang berpangkal pada “selftalk” atau “omong diri” atau internalisasi kalimat-kalimat yaitu orang yang menyatakan kepada dirinya sendiri tentang pikiran dan emosi yang bersifat negatif. Adanya orang-orang seperti itu adalah karena :
1.   terlalu bodoh untuk berpikir secara jelas
2.   orangnya cerdas tetapi tidak tahu bagaimana berpikr secara cerdas dan jelas dalam hubungannya dengan keadaan emosi
3.  orangnya cerdas dan cukup bepengatahuan tetapi terlalu neurotik untuk menggunakan kecerdasan dan pengetahuan secara memadai
Tujuan
Tujuan utama konseling rasional-emotif adalah sebagai berikut :
1.  Memperbaiki dan merubah sikap, persepsi, cara berpikir, keyakinan serta   pandangan-pandangan klien yang irasional dan tidak logis menjadi rasional dan  logis agar klien dapat mengembangkan diri, meningkatkan self-actualization-nya seoptimal mungkin melalui perilaku kognitif dan afektif yang positif.
2.  Menghilangkan gangguan-gangguan emosional yang merusak diri sendiri seperti: rasa takut, rasa bersalah, rasa berdosa, rasa cemas, merasa was-was, dan rasa marah. Sebagai konseling dari cara berfikir keyakinan yang keliru berusaha menghilangkan dengan jalan melatih dan mengajar klien untuk menghadapi kenyataan-kenyataan hidup secara rasional dan membangkitkan kepercayaan nilai-nilai dan kemampuan diri sendiri.
Secara lebih khusus Ellis menyebutkan bahwa dengan terapi rasional-emotif akan tercapai pribadi yang ditandai dengan:
        Minat kepada diri sendiri
        Minat sosial
        Pengarahan diri
        Toleransi terhadap pihak lain
        Fleksibelitas
        Menerima ketidakpastian
        Komitmen terhadap sesuatu di luar dirinya
        Berpikir ilmiah
        Penerimaan diri
        Berani mengambil risiko
        Menerima kenyataan
Karakterisitik
a.  Aktif-direktif: bahwa dalam hubungan konseling, terapis/ konselor lebih aktif membantu mengarahkan klien dalam menghadapi dan memecahkan masalahnya.
b.  Kognitif-eksperiensial: bahwa hubungan yang dibentuk harus berfokus pada aspek kognitif dari klien dan berintikan pemecahan masalah yang rasional.
c.  Emotif-eksperiensial: bahwa hubungan yang dibentuk juga harus melihat aspek emotif klien dengan mempelajari sumber-sumber gangguan emosional, sekaligus membongkar akar-akar keyakinan yang keliru yang mendasari gangguan tersebut.
d.  Behavioristik: bahwa hubungan yang dibentuk harus menyentuh dan mendorong terjadinya perubahan perilaku dalam diri klien.
e.   Kondisional: bahwa hubungan dalam RET dilakukan dengan membuat kondisi-kondisi tertentu terhadap klien melalui berbagai teknik kondisioning untuk mencapai tujuan terapi konseling
Proses Konseling
        Tugas konselor adalah membantu individu yang tidak bahagia dan menghadapi hambatan, untuk menunjukkan bahwa :
a.    kesulitannya disebabkan oleh persepsi yang terganggu dan pikiran-pikiran yang tidak logis
b.   usaha memperbaikinya adalah harus kembali kepada sebab-sebab permulaan
Konselor yang efektif akan membantu klien untuk mengubah pikiran, perasaan, dan perilaku yang tidak logis. Tujuan utama terapi rasional-emotif adalah menunjukkan kepada klien bahwa verbalisasi diri mereka merupakan sumber gangguan emosionalnya. Kemudian membantu klien agar memperbaiki cara berpikir, merasa, dan berperilaku, sehingga ia tidak lagi mengalami gangguan emosional di masa yang akan datang.
Teknik-teknik Emotif (afektif)
a.   Assertive Training, yaitu teknik yang digunakan untuk melatih, mendorong dan membiasakan klien untuk secara terus-menerus menyesuaikan dirinya dengan perilaku tertentu yang diinginkan.
b.   Sosiodrama, yang digunakan untuk mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang menekan (perasaan-perasaan negatif) melalui suatu suasana yang didramatisasikan sedemikian rupa sehingga klien dapat secara bebas mengungkapkan dirinya sendiri secara lisan, tulisan, ataupun melalui gerakan-gerakan dramatis.
c.  Self Modeling, yakni teknik yang digunakan untuk meminta klien agar “berjanji” atau mengadakan “komitmen” dengan konselor untuk menghilangkan perasaan atau perilaku tertentu.
d.  Imitasi, yakni teknik yang digunakan di mana klien diminta untuk menirukan secara terus menerus suatu model perilaku tertentu dengan maksud menghadapi dan menghilangkan perilakunya sendiri yang negatif.
Kelebihan
1.   Pendekatan ini cepat sampai kepada masalah yang dihadapi oleh klien. Dengan itu perawatan juga dapat dilakukan dengan cepat.
2.  Kaedah pemikiran logik yang diajarkan kepadaklien dapat digunakan dalam menghadapi gejala yang lain.
3.   Klien merasakan diri mereka mempunya ikeupayaan intelektual dan kemajuan dari cara berfikir.
Kelemahan
1.   Ada klien yang boleh ditolong melalui analisalogik dan falsafah, tetapi ada pula yang tidak begitu geliga otaknya untuk dibantu dengan cara yang sedemikian yang berasaskan kepada logika.
2.  Ada setengah klien yang begitu terpisah dari realiti sehingga usaha untuk membawanya ke alam nyata sukar sekali dicapai.
3.  Ada juga klien yang terlalu berprasangka terhadap logik, sehingga sukar untuk mereka menerima analisa logik.
4.  Ada juga setengah klien yang memang sukamengalami gangguan emosi dan bergantung kepadanya di dalam hidupnya, dan tidak mau membuat apa-apa perubahan lagi dalam hidup mereka.

Sumber  :
http://id.scribd.com/doc/25089215/Terapi-Rasional-Emotif oleh Jnywong.
file.upi.edu/.../rational.../konseling.guz.pdf.



















Sabtu, 13 April 2013

Analisis Transaksional Therapy

Tokohnya Eric Berne (1910-1970). Terapi Analisis Transaksional adalah suatu cara yang berkesan dan berpengaruh menolong individu bekerjasama demi kebaikan mereka dan orang lain. Analisis transaksional merupakan merupakan psikoterapi transaksional yang dapat digunakan dalam konseling individu, tetapi lebih cocok untuk konseling kelompok. Analisis transaksional melibatkan suatu kontrak yang dibuat oleh klien, yang dengan jelas menyatakan tujuan-tujuan dan arah proses konseling. Analisis transaksional berfokus kepada keputusan-keputusan awal yang dibuat oleh klien dan menekankan kemampuan klien untuk membuat keputusan-keputusan baru. Analisis transaksional menekankan aspek-aspek kognitif rasional behavioral dan berorientasi kepada peningkatan kesadaran sehingga klien akan mampu membuat keputusan-keputusan baru dan mengubah cara hidupnya. Prinsip-prinsip dalam analisis transaksional adalah untuk merangsang rasa tanggung jawab pribadi atas tingkah lakunya sendiri, pemikiran logis, rasional, tujuan-tujuan yang realistis, berkomunikasi dengan terbuka, wajar, dan pemahaman dalam berhubungan dengan orang lain.
A.  Asumsi dasar  
Pada dasarnya pendekatan analisis transaksional berlandaskan suatu teori kepribadiaan yang berkenaan dengan analisis struktural an transaksional. Analisis transaksional berasumsi bahwa manusia itu :
1.  Memiliki pilihan-pilihan dan tidak dibelenggu oleh masa lampaunya.  Jadi, manusia memiliki kebebasan untuk menentukan pilihannya sendiri. 
a.  Manusia adalah orang yang telah cukup lama menderita, karena itu mereka ingin bahagia dan   melakukan perubahan.
b.   Adanya kebosanan, kejenuhan dan putus asa. Manusia tidak pernah puas dengan kehidupan yang monoton, kendatipun akan melahirkan perasaan yang bosan, karena itu manusia cenderung melakukan perubahan.
c.   Manusia bisa berubah karena adanya penemuan secara tiba-tiba. Hal ini merupakan hasil analisis transaksional yang dapat diamati. Banyak orang yang awalnya tidak mau berubah, namun dengan adanya informasi, cerita, atau pengetahuan baru, maka akan berupaya untuk melakukan perubahan.
2.   Manusia sanggup melampaui pengkondisian dan pemograman awal. Perubahan manusia itu adalah persoalan disini dan sekarang.
3.   Manusia bisa belajar untuk mempercayai dirinya sendiri, berfikir dan memutuskan untuk dirinya sendiri serta mengungkapkan perasaan-perasaannya.
4.   Manusia sanggup untuk tampil di luar pola-pola kebiasaan dan menyeleksi tujuan-tujuan dan tingkah laku baru.
5.   Manusia bertingkah laku dipengaruhi oleh pengharapan dan tuntutan dari orang lain.
6.   Manusia dilahirkan bebas, tetapi salah satu yang pertama dipelajari adalah berbuat sebagaimana yang diperintahkan.
B.  Pengertian Beberapa Konsep Utama Analisis Transaksional
Konsep utama merupakan unsur-unsur penting yang melengkapi model analisis transaksional secara keseluruhan. Adapun konsep utama tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Status Ego
Menurut Berne (1961) setiap gambaran tingkahlaku yang diperlihatkan individu sebagai manifestasi dari proses psikologis dalam dirinya terbentuk atas proses hasil timbal-balik setelah individu menafsir dan mengolah setiap informasi yang diterima dari dunia di luar dirinya diistilahkan sebagai status Ego atau Ego State. Berne (1961) mula-mula mengategorikan secara garis besar unsur-unsur yang dapat ditemukan dalam kepribadian manusia menjadi tiga jenis status Ego, yaitu, eksteropsikis (“ekstero” berarti “dari luar”), arkeopsikis (“arkeo” berarti “dari dulu”), dan neopsikis (“neo” berarti “dari masa kini”). Eksteropsikis adalah pengaruh psikis dan pengalaman dalam diri seseorang yang didapatkan dari mereka yang pernah membesarkan seseorang sebagai anak kecil, yaitu orangtua dan orang dewasa yang berada di dalam sebuah keluarga. Arkeopsikis adalah pengaruh psikis yang didapatkan dari sisa-sisa pengalaman mereka sebagai seorang anak kecil. Akhirnya, yang dimaksud dengan neopsikis adalah pengalaman baru di dalam kehidupan sehari-hari mereka sebagai orang dewasa yang berpikiran rasional. Setiap individu pasti mendapatkan beberapa pengaruh tersebut dalam ciri kepribadiannya.
Istilah-istilah ini dinilai Berne terlalu sulit untuk dimengerti oleh masyarakat umum. Oleh karena itu, Berne memakai istilah yang lebih mudah untuk dimengerti yaitu pengaruh eksteropsikis disebutnya dengan istilah status Ego Parent atau status Ego Orangtua, arkeopsikis diganti dengan status Ego Child atau status Ego Anak, dan neopsikis dinamai status Ego Adult atau status Ego Dewasa. status Ego yang menjadi karakter seseorang ketika dia melakukan transaksi dengan yang lainnya dapat diketahui dari caranya dalam berkomunikasi, seperti pada kalimat yang diungkapkannya dan bagaimana cara dia berbicara. Istilah status Ego berbeda dari istilah status Ego menurut pandangan Sigmund Freud (Boeree, 2006), yaitu id, ego dan super-ego. Karena bukan merupakan construct sebagaimana ciri status Ego Freud, maka bagian status Ego Berne adalah yang dapat diamati dengan indera dan merupakan bagian dari kenyataan fenomenologis (Harris, 1992).
1) Klasifikasi Status Ego
Status ego terbentuk dalam diri seseorang melalui pengalaman-pengalaman membekas dalam diri yang terbawa sejak masa kecilnya. Pengalaman tersebut meliputi pendapat, pandangan, sikap, hasil mencontoh perilaku Orangtua – para tokoh atau orang penting, yang mempengaruhi kehidupannya.
Ketiga status Ego ini akan menjadi bagian yang digunakan setiap orang dalam berinteraksi dengan orang lain. Dalam pandangan Harris (1992), proses tersebut muncul karena adanya pemutaran berulang setiap data kejadian baik menyangkut orang, waktu, keputusan, atau perasaan yang nyata pada waktu-waktu lalu yang hingga kini masih tersimpan. Setiap inisial status ego yang ditulis dengan huruf kapital (P-A-C), dimaksudkan untuk menunjuk pada status ego tidak aktif atau untuk menjelaskan ketiga status ego secara statis. Sebaliknya inisial status ego yang ditulis dengan huruf p-a-c, menunjuk bahwa yang dimaksud adalah status ego aktif.
a) Status ego Orangtua (Parent)
Jika individu merasa dan bertingkah laku sebagaimana Orangtuanya dahulu, maka dapat dikatakan bahwa individu tersebut dalam keadaan status ego Orangtua. Status ego Orangtua merupakan suatu kumpulan perasaan, sikap, pola-pola tingkah laku yang mirip dengan bagaimana Orangtua individu merasa dan bertingkah laku terhadap dirinya. Ada dua bentuk sikap Orangtua, yaitu: (1) Orangtua Pengritik (Critical Parent). Status ego Orangtua Pengritik secara keseluruhan adalah ekspresi pikiran dan perasaan seseorang dari sifat menghakimi. Orang yang memiliki status ego Orangtua Pengritik cenderung menyampaikan pesan larangan dan penilaian ketika menyampaikan pesan atau sesuatu kepada orang lain (Graham, 2009). Ungkapan-ungkapan dari status ego Orangtua Pengritik lebih bersifat pendapat atau opini mengenai sesuatu dan cenderung mengkritik atau menilai tanpa menerima alasan atau pembelaan dari lawan bicaranya, termasuk menolak memberikan solusi pemecahan masalahnya. Contoh: “Kamu bodoh, menyetrika baju saja kamu tidak bisa.” (2) Status Ego Orangtua Pembimbing (Nurtural Parent). Berbeda dengan status ego Orangtua Pengritik, status ego Orangtua Pembimbing cenderung berisi ungkapan pengertian dan kasih sayang. Sifat utamanya adalah layaknya orangtua yang baik, di antaranya adalah mengajarkan, mendukung, memberi bimbingan dan bahkan menentukan peraturan pada orang lain (Graham, 2009). Ekspresi wajah yang ditampilkan oleh orang dengan status ego Orangtua Pembimbing lebih terlihat tenang dan intonasi suara lembut. Contoh dari ungkapan status ego ini adalah: “Saya akan mengajari anda cara membuat laporan dengan benar, setelah itu silahkan anda mencoba untuk buat sendiri laporannya. Saya yakin Anda pasti bisa.”
b) Status Ego Dewasa (Adult)
Jika individu bertingkah laku secara rasional, melakukan testing realita, maka individu tersebut dikatakan berada dalam status ego Dewasa. status ego Dewasa dapat dilihat dari tingkah laku yang bertanggung jawab, tindakan yang rasional dan mandiri. Sifat status ego Dewasa adalah obyektif, penuh perhitungan dan menggunakan akal.
c) Status ego Anak (Child)
Status ego Anak berisi perasaan, tingkah laku dan bagaimana berpikir ketika masih kanak-kanak dan berkembang bersama dengan pengalaman semasa kanak-kanak. Jika individu melakukan, berperasaan, bersikap seperti yang dilakukan pada masa kanak-kanak, maka individu tersebut dalam kaadaan status ego Anak. status ego Anak dapat dilihat dalam dua bentuk, yaitu: (1) Status Ego Anak yang menyesuaikan (Adapted Child) Anak menyesuaikan diwujudkan dengan tingkah laku yang dipengaruhi oleh orangtuanya. Hal ini dapat menyebabkan anak bertindak sesuai dengan keinginan Orangtuanya seperti penurut, sopan dan patuh, sebagai akibatnya, anak akan menarik diri, takut, manja dan kemungkinan mengalami konflik. (2) Status Ego Anak yang Bebas (Free Child) Anak yang wajar akan terlihat dalam tingkah lakunya seperti lucu, tergantung, menuntut, egois, agresif, kritis, spontan, tidak mau kalah dan pemberontak.
2) Diagnosis status Ego
    Ada empat cara untuk menentukan status ego sebagaimana dikemukakan oleh Berne (1961), yaitu : diagnosis perilaku, diagnosis sosial, diagnosis historis, dan diagnosis fenomenologi. Namun penekanannya lebih diarahkan pada diagnosis perilaku.
a)   Diagnosis perilaku, yaitu menilai ciri-ciri status ego melalui kata-kata, intonasi suara, tempo  bicara, ekspresi, postur, gerakan badan, pernafasan dan gerakan otot dapat menjadi tanda dalam mendiagnosis status ego.
b)   Diagnosis sosial, yaitu mengamati ciri status ego seseorang melalui bentuk interaksi yang  dilakukan terhadap orang lain.
c) Diagnosis historis. Latar belakang dan gambaran masa lalu seseorang merupakan target pendiagnosis ini. Jika seseorang berpikir, merasa dan bertindak didominasi oleh status ego tertentu dan apa yang dimunculkan ternyata memiliki kesesuaian dengan kehidupan di masa lalu maka jelas bahwa secara historis wujud status ego telah terpenuhi.
d)   Diagnosis fenomenologis. Teknik diagnosis ini muncul ketika pengalaman masa silam menjadi bagian dari ingatan seseorang. Artinya diagnosis ini memfokuskan pada kemampuan uji-diri (self-examination). Kadang seseorang mampu secara akurat memastikan bahwa yang aktif dalam dirinya adalah status ego Anak, namun kadang juga sebaliknya bahwa yang semula status ego Anak ternyata status ego Dewasa.
3)   Pencemaran dan Eksklusi Status Ego
      Pencemaran atau kontaminasi status ego merupakan suatu situasi dimana batas antara status ego yang satu dengan status ego lainnya lemah, sehingga status ego tertentu mengalami pencemaran atau terpengaruh oleh status ego yang lain (Berne, 1961). Kontaminasi dapat terjadi pada status ego Orangtua ke Dewasa dan dari status ego Anak ke Dewasa. Kontaminasi juga dapat terjadi secara ganda, yaitu jika status ego Orangtua dan Anak mencemari status Ego Dewasa secara bersamaan.
Keadaan eksklusi (exclusive) terjadi jika seseorang tanpa sadar sering memperagakan penggunaan salah satu status ego dalam waktu lama atau menetap, sehingga kurang memberi kesempatan kepada status ego lainnya untuk berekspresi (Berne, 1961; de Blot, 2002). Sebagai contoh misalnya, penggunaan status ego Orangtua sehingga individu sering terlihat selalu menunjukkan perilaku menasehati, marah, membatasi, menunjukkan kewibawaan berlebihan, dan menghardik. Penggunaan status ego Dewasa secara tepat dapat mengarahkan individu untuk mempertimbangkan situasi yang sesuai menunjukkan kewibawaan, menasehati, marah, membatasi ataupun menghardik. Demikian halnya bila disadari, penggunaan status ego Anak akan membantunya untuk tidak selalu dengan ciri status ego Orangtua tetapi dapat menunjukkan perilaku bergurau, humor, atau dengan cara bermohon (de Blot, 2002). Individu dikatakan memiliki ciri kepribadian yang baik jika status Ego dewasa dapat menjadi pengendali dari ketiga status ego secara efektif dan sehat (Boholst, 2002).
4)  Egogram
     Egogram merupakan sejenis peraga untuk merekam sejauhmana fungsi status ego aktif yang  tergambar melalui perilaku seseorang. Dussay (1984) menggambarkan rekaman setiap status ego seseorang menjadi semacam grafik yang dibuat secara intuitif. Egogram ini terdiri dari sebuah garis kolom dibagi lima untuk masing-masing fungsi status ego. Gambar 2 memperlihatkan egogram yang terdiri dari lima kotak sesuai status ego individu, sehingga hasil imajinasi seseorang terhadap status ego pribadinya akan menunjukkan kolom status ego mana yang menonjol terhadap kolom status ego lainnya.

      Tujuan Konseling
Tujuan dari Analisis Transaksional adalah membantu klien dalam membuat keputusan-keputusan baru yang menyangkut tingkah lakunya sekarang dan arah hidupnya. Ada 4 tujuan yang ingin dicapai dalam analisis transaksional, yaitu :
  1. Konselor membantu klien dalam kontaminasi status ego yang berlebihan
  2. Konselor berusaha membantu mengembangkan kapasitas diri klien dalam menggunakan status ego yang cocok
  3. Konselor berusaha membantu klien di dalam mengembangkan seluruh status ego dewasanya. Pada hakikatnya adalah menetapkan penetapan dan pemikiran individu.
  4. Membantu klien dalam membebaskan dirinya dari posisi hidup yang kurang cocok serta menggantinya dengan rencana hidup yang baru.
Tahapan Proses Terapi Analisis Transaksional
  1. Pendahuluan, yaitu untuk menentukan kontrak dengan klien baik mengenai masalah maupun tanggung jawab kedua pihak
  2. Mengajarkan klien tentang status ego statenya dengan diskusi bersama klien
  3. Membuat kontrak yang dilakukan oleh klien sendiri, yang berisikan tentang apa yang akan dilakukan, bagaimana klien mengarah kepada tujuan yang telah ditetapkan dan klien tahu kapan kontraknya akan habis
a.     Dalam kontrak, konselor dan klien dalam transaksi dewasa-dewasa serta ada kesepakatan dalam menentukan tujuan-tujuan yang ingin dicapai.
b.      Kontrak harus mempertimbangkan beberapa hal, yaitu :
Pertimbangan pertama, yaitu konselor memberikan layanan kepada klien secara profesional
Pertimbangan kedua, yaitu klien memberikan imbalan jasa kepada konselor, dan menandatangani serta melaksanakan isi kontrak sesuai dengan jadwal atau waktu yang telah ditetapkan
c.   Kontrak memiliki pengertian sebagai suatu bentuk kompetensi antara 2 pihak yaitu konselor   yang harus memiliki kecakapan untuk membantu klien dalam masalahnya dan klien harus cukup umur dan matang untuk memasuki suatu kontrak
d.   Tujuan dari kontrak haruslah sesuai dengan kode etik konseling
4.   Setelah kontrak ini selesai baru konselor bersama klien menetapkan ego state dan memperbaikinya sehingga terjadi dan tercapai tujuan konseling

Kelebihan Terapi Analisis Transaksional
  1. Terapi Analisis Transaksional bekerja dalam kelompok dengan menolong ahli memahami bagaimana mereka boleh berfungsi secara interpersonal dan intrapersonal serta cara ingin membuat keputusan dalam kehidupan. Konsep terapi analisis transaksional berguna untuk menolong setiap ahli dalam kemlompok menyadari bahwa mereka perlu melakukan sesuatu untuk berubah.
  2. Mudah dipahami dan boleh digunakan sebagai asas dalam suatu jangka masa yang singkat, yaitu beberapa jam.
  3. Dapat memberikan keputusan dengan cepat
  4. Boleh digunakan dalam pekerjaan, psikologi pendidikan, konseling, psikoterapi dan sangat berkesan jika dibandingkan dengan pendekatan lain. 
Kekurangannya 
 1. Terlalu meminimalkan masa lampau atau masa kanak-kanak

sumber :  
Rizky Putra Asridha. Psikologi Konseling. Universitas Mercubuana. Link: kk.mercubuana.ac.id.
Mohamed Sharif Mustaffa. 2006. books. google.id.
http://www.mediawiki.org/wiki/Thread:Template_talk:Help_box/Analisis_Transactional
      http://id.scribd.com/doc/87948644/Kelebihan-Teori-teori-BK oleh Eddy Sutarjo