Tokohnya Eric Berne
(1910-1970). Terapi Analisis Transaksional adalah suatu cara yang berkesan dan
berpengaruh menolong individu bekerjasama demi kebaikan mereka dan orang lain.
Analisis transaksional merupakan merupakan psikoterapi transaksional yang dapat
digunakan dalam konseling individu, tetapi lebih cocok untuk konseling kelompok.
Analisis transaksional melibatkan suatu kontrak yang dibuat oleh klien, yang
dengan jelas menyatakan tujuan-tujuan dan arah proses konseling. Analisis
transaksional berfokus kepada keputusan-keputusan awal yang dibuat oleh klien
dan menekankan kemampuan klien untuk membuat keputusan-keputusan baru. Analisis
transaksional menekankan aspek-aspek kognitif rasional behavioral dan
berorientasi kepada peningkatan kesadaran sehingga klien akan mampu membuat
keputusan-keputusan baru dan mengubah cara hidupnya. Prinsip-prinsip dalam
analisis transaksional adalah untuk merangsang rasa tanggung jawab pribadi atas
tingkah lakunya sendiri, pemikiran logis, rasional, tujuan-tujuan yang
realistis, berkomunikasi dengan terbuka, wajar, dan pemahaman dalam berhubungan
dengan orang lain.
A. Asumsi dasar
Pada dasarnya pendekatan analisis transaksional berlandaskan
suatu teori kepribadiaan yang berkenaan dengan analisis struktural an
transaksional. Analisis transaksional berasumsi bahwa manusia itu :
1. Memiliki
pilihan-pilihan dan tidak dibelenggu oleh masa lampaunya. Jadi, manusia
memiliki kebebasan untuk menentukan pilihannya sendiri.
a. Manusia adalah orang yang telah cukup lama menderita, karena itu
mereka ingin bahagia dan melakukan
perubahan.
b. Adanya kebosanan, kejenuhan dan putus asa. Manusia tidak pernah
puas dengan kehidupan yang monoton, kendatipun akan melahirkan perasaan yang
bosan, karena itu manusia cenderung melakukan perubahan.
c. Manusia bisa berubah karena adanya penemuan secara tiba-tiba. Hal
ini merupakan hasil analisis transaksional yang dapat diamati. Banyak orang
yang awalnya tidak mau berubah, namun dengan adanya informasi, cerita, atau
pengetahuan baru, maka akan berupaya untuk melakukan perubahan.
2. Manusia sanggup melampaui pengkondisian dan pemograman awal.
Perubahan manusia itu adalah persoalan disini dan sekarang.
3. Manusia bisa belajar untuk mempercayai dirinya sendiri, berfikir
dan memutuskan untuk dirinya sendiri serta mengungkapkan perasaan-perasaannya.
4. Manusia sanggup untuk tampil di luar pola-pola kebiasaan dan
menyeleksi tujuan-tujuan dan tingkah laku baru.
5. Manusia
bertingkah laku dipengaruhi oleh pengharapan dan tuntutan dari orang lain.
6. Manusia
dilahirkan bebas, tetapi salah satu yang pertama dipelajari adalah berbuat
sebagaimana yang diperintahkan.
B. Pengertian
Beberapa Konsep Utama Analisis Transaksional
Konsep utama merupakan unsur-unsur penting yang
melengkapi model analisis transaksional secara keseluruhan. Adapun konsep utama
tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Status Ego
Menurut Berne (1961) setiap gambaran tingkahlaku
yang diperlihatkan individu sebagai manifestasi dari proses psikologis dalam
dirinya terbentuk atas proses hasil timbal-balik setelah individu menafsir dan
mengolah setiap informasi yang diterima dari dunia di luar dirinya diistilahkan
sebagai status Ego atau Ego State. Berne (1961) mula-mula mengategorikan secara
garis besar unsur-unsur yang dapat ditemukan dalam kepribadian manusia menjadi
tiga jenis status Ego, yaitu, eksteropsikis (“ekstero” berarti “dari luar”),
arkeopsikis (“arkeo” berarti “dari dulu”), dan neopsikis (“neo” berarti “dari
masa kini”). Eksteropsikis adalah pengaruh psikis dan pengalaman dalam diri
seseorang yang didapatkan dari mereka yang pernah membesarkan seseorang sebagai
anak kecil, yaitu orangtua dan orang dewasa yang berada di dalam sebuah
keluarga. Arkeopsikis adalah pengaruh psikis yang didapatkan dari sisa-sisa
pengalaman mereka sebagai seorang anak kecil. Akhirnya, yang dimaksud dengan
neopsikis adalah pengalaman baru di dalam kehidupan sehari-hari mereka sebagai
orang dewasa yang berpikiran rasional. Setiap individu pasti mendapatkan
beberapa pengaruh tersebut dalam ciri kepribadiannya.
Istilah-istilah ini dinilai Berne terlalu sulit untuk dimengerti oleh
masyarakat umum. Oleh karena itu, Berne memakai istilah yang lebih mudah untuk
dimengerti yaitu pengaruh eksteropsikis disebutnya dengan istilah status Ego
Parent atau status Ego Orangtua, arkeopsikis diganti dengan status Ego Child
atau status Ego Anak, dan neopsikis dinamai status Ego Adult atau status Ego
Dewasa. status Ego yang menjadi karakter seseorang ketika dia melakukan
transaksi dengan yang lainnya dapat diketahui dari caranya dalam berkomunikasi,
seperti pada kalimat yang diungkapkannya dan bagaimana cara dia berbicara. Istilah
status Ego berbeda dari istilah status Ego menurut pandangan Sigmund Freud
(Boeree, 2006), yaitu id, ego dan super-ego. Karena bukan merupakan construct
sebagaimana ciri status Ego Freud, maka bagian status Ego Berne adalah yang
dapat diamati dengan indera dan merupakan bagian dari kenyataan fenomenologis
(Harris, 1992).
1) Klasifikasi Status Ego
Status ego terbentuk dalam diri seseorang melalui
pengalaman-pengalaman membekas dalam diri yang terbawa sejak masa kecilnya. Pengalaman
tersebut meliputi pendapat, pandangan, sikap, hasil mencontoh perilaku Orangtua
– para tokoh atau orang penting, yang mempengaruhi kehidupannya.
Ketiga status Ego ini akan menjadi bagian yang digunakan setiap orang dalam
berinteraksi dengan orang lain. Dalam pandangan Harris (1992), proses tersebut
muncul karena adanya pemutaran berulang setiap data kejadian baik menyangkut
orang, waktu, keputusan, atau perasaan yang nyata pada waktu-waktu lalu yang
hingga kini masih tersimpan. Setiap inisial status ego yang ditulis dengan
huruf kapital (P-A-C), dimaksudkan untuk menunjuk pada status ego tidak aktif
atau untuk menjelaskan ketiga status ego secara statis. Sebaliknya inisial
status ego yang ditulis dengan huruf p-a-c, menunjuk bahwa yang dimaksud adalah
status ego aktif.
a) Status ego Orangtua (Parent)
Jika individu merasa dan bertingkah laku
sebagaimana Orangtuanya dahulu, maka dapat dikatakan bahwa individu tersebut
dalam keadaan status ego Orangtua. Status ego Orangtua merupakan suatu kumpulan
perasaan, sikap, pola-pola tingkah laku yang mirip dengan bagaimana Orangtua
individu merasa dan bertingkah laku terhadap dirinya. Ada dua bentuk sikap
Orangtua, yaitu: (1) Orangtua Pengritik (Critical Parent). Status ego Orangtua
Pengritik secara keseluruhan adalah ekspresi pikiran dan perasaan seseorang
dari sifat menghakimi. Orang yang memiliki status ego Orangtua Pengritik
cenderung menyampaikan pesan larangan dan penilaian ketika menyampaikan pesan
atau sesuatu kepada orang lain (Graham, 2009). Ungkapan-ungkapan dari status
ego Orangtua Pengritik lebih bersifat pendapat atau opini mengenai sesuatu dan
cenderung mengkritik atau menilai tanpa menerima alasan atau pembelaan dari
lawan bicaranya, termasuk menolak memberikan solusi pemecahan masalahnya. Contoh:
“Kamu bodoh, menyetrika baju saja kamu tidak bisa.” (2) Status Ego Orangtua
Pembimbing (Nurtural Parent). Berbeda dengan status ego Orangtua Pengritik,
status ego Orangtua Pembimbing cenderung berisi ungkapan pengertian dan kasih
sayang. Sifat utamanya adalah layaknya orangtua yang baik, di antaranya adalah
mengajarkan, mendukung, memberi bimbingan dan bahkan menentukan peraturan pada
orang lain (Graham, 2009). Ekspresi wajah yang ditampilkan oleh orang dengan
status ego Orangtua Pembimbing lebih terlihat tenang dan intonasi suara lembut.
Contoh dari ungkapan status ego ini adalah: “Saya akan mengajari anda cara
membuat laporan dengan benar, setelah itu silahkan anda mencoba untuk buat
sendiri laporannya. Saya yakin Anda pasti bisa.”
b) Status Ego Dewasa (Adult)
Jika individu bertingkah laku secara rasional,
melakukan testing realita, maka individu tersebut dikatakan berada dalam status
ego Dewasa. status ego Dewasa dapat dilihat dari tingkah laku yang bertanggung
jawab, tindakan yang rasional dan mandiri. Sifat status ego Dewasa adalah
obyektif, penuh perhitungan dan menggunakan akal.
c) Status ego Anak
(Child)
Status ego Anak berisi
perasaan, tingkah laku dan bagaimana berpikir ketika masih kanak-kanak dan
berkembang bersama dengan pengalaman semasa kanak-kanak. Jika individu melakukan, berperasaan, bersikap
seperti yang dilakukan pada masa kanak-kanak, maka individu tersebut dalam
kaadaan status ego Anak. status ego Anak dapat dilihat dalam dua bentuk, yaitu:
(1) Status Ego Anak yang menyesuaikan (Adapted Child) Anak menyesuaikan
diwujudkan dengan tingkah laku yang dipengaruhi oleh orangtuanya. Hal ini dapat
menyebabkan anak bertindak sesuai dengan keinginan Orangtuanya seperti penurut,
sopan dan patuh, sebagai akibatnya, anak akan menarik diri, takut, manja dan
kemungkinan mengalami konflik. (2) Status Ego Anak yang Bebas (Free Child) Anak
yang wajar akan terlihat dalam tingkah lakunya seperti lucu, tergantung,
menuntut, egois, agresif, kritis, spontan, tidak mau kalah dan pemberontak.
2) Diagnosis status Ego
Ada
empat cara untuk menentukan status ego sebagaimana dikemukakan oleh Berne
(1961), yaitu : diagnosis perilaku, diagnosis sosial, diagnosis historis,
dan diagnosis fenomenologi. Namun penekanannya lebih diarahkan pada diagnosis
perilaku.
a) Diagnosis
perilaku, yaitu menilai ciri-ciri status ego melalui kata-kata, intonasi suara,
tempo bicara, ekspresi, postur, gerakan
badan, pernafasan dan gerakan otot dapat menjadi tanda dalam mendiagnosis
status ego.
b) Diagnosis
sosial, yaitu mengamati ciri status ego seseorang melalui bentuk interaksi yang
dilakukan terhadap orang lain.
c) Diagnosis historis. Latar belakang dan
gambaran masa lalu seseorang merupakan target pendiagnosis ini. Jika seseorang
berpikir, merasa dan bertindak didominasi oleh status ego tertentu dan apa yang
dimunculkan ternyata memiliki kesesuaian dengan kehidupan di masa lalu maka
jelas bahwa secara historis wujud status ego telah terpenuhi.
d) Diagnosis
fenomenologis. Teknik diagnosis ini muncul ketika pengalaman masa silam menjadi
bagian dari ingatan seseorang. Artinya diagnosis ini memfokuskan pada kemampuan
uji-diri (self-examination). Kadang seseorang mampu secara akurat memastikan
bahwa yang aktif dalam dirinya adalah status ego Anak, namun kadang juga
sebaliknya bahwa yang semula status ego Anak ternyata status ego Dewasa.
3) Pencemaran
dan Eksklusi Status Ego
Pencemaran
atau kontaminasi status ego merupakan suatu situasi dimana batas antara status
ego yang satu dengan status ego lainnya lemah, sehingga status ego tertentu
mengalami pencemaran atau terpengaruh oleh status ego yang lain (Berne, 1961). Kontaminasi
dapat terjadi pada status ego Orangtua ke Dewasa dan dari status ego Anak ke
Dewasa. Kontaminasi juga dapat terjadi secara ganda, yaitu jika status ego
Orangtua dan Anak mencemari status Ego Dewasa secara bersamaan.
Keadaan eksklusi (exclusive) terjadi jika seseorang tanpa sadar sering
memperagakan penggunaan salah satu status ego dalam waktu lama atau menetap,
sehingga kurang memberi kesempatan kepada status ego lainnya untuk berekspresi
(Berne, 1961; de Blot, 2002). Sebagai contoh misalnya, penggunaan status ego
Orangtua sehingga individu sering terlihat selalu menunjukkan perilaku
menasehati, marah, membatasi, menunjukkan kewibawaan berlebihan, dan
menghardik. Penggunaan status ego Dewasa secara tepat dapat mengarahkan
individu untuk mempertimbangkan situasi yang sesuai menunjukkan kewibawaan,
menasehati, marah, membatasi ataupun menghardik. Demikian halnya bila disadari,
penggunaan status ego Anak akan membantunya untuk tidak selalu dengan ciri
status ego Orangtua tetapi dapat menunjukkan perilaku bergurau, humor, atau
dengan cara bermohon (de Blot, 2002). Individu dikatakan memiliki ciri
kepribadian yang baik jika status Ego dewasa dapat menjadi pengendali dari
ketiga status ego secara efektif dan sehat (Boholst, 2002).
4) Egogram
Egogram merupakan sejenis peraga untuk merekam sejauhmana fungsi status
ego aktif yang tergambar melalui
perilaku seseorang. Dussay (1984) menggambarkan rekaman setiap status ego
seseorang menjadi semacam grafik yang dibuat secara intuitif. Egogram ini
terdiri dari sebuah garis kolom dibagi lima untuk masing-masing fungsi status
ego. Gambar 2 memperlihatkan egogram yang terdiri dari lima kotak sesuai status
ego individu, sehingga hasil imajinasi seseorang terhadap status ego pribadinya
akan menunjukkan kolom status ego mana yang menonjol terhadap kolom status ego
lainnya.
Tujuan Konseling
Tujuan
dari Analisis Transaksional adalah membantu klien dalam membuat
keputusan-keputusan baru yang menyangkut tingkah lakunya sekarang dan arah
hidupnya. Ada 4 tujuan yang ingin dicapai dalam analisis transaksional, yaitu :
- Konselor membantu klien dalam
kontaminasi status ego yang berlebihan
- Konselor
berusaha membantu mengembangkan kapasitas diri klien dalam menggunakan
status ego yang cocok
- Konselor
berusaha membantu klien di dalam mengembangkan seluruh status ego
dewasanya. Pada hakikatnya adalah menetapkan penetapan dan pemikiran
individu.
- Membantu
klien dalam membebaskan dirinya dari posisi hidup yang kurang cocok serta
menggantinya dengan rencana hidup yang baru.
Tahapan
Proses Terapi Analisis Transaksional
- Pendahuluan,
yaitu untuk menentukan kontrak dengan klien baik mengenai masalah maupun
tanggung jawab kedua pihak
- Mengajarkan klien tentang
status ego statenya dengan diskusi bersama klien
- Membuat kontrak yang
dilakukan oleh klien sendiri, yang berisikan tentang apa yang akan
dilakukan, bagaimana klien mengarah kepada tujuan yang telah ditetapkan dan
klien tahu kapan kontraknya akan habis
a. Dalam kontrak, konselor dan klien dalam
transaksi dewasa-dewasa serta ada kesepakatan dalam menentukan tujuan-tujuan
yang ingin dicapai.
b. Kontrak harus mempertimbangkan beberapa
hal, yaitu :
Pertimbangan
pertama, yaitu konselor memberikan layanan kepada klien secara profesional
Pertimbangan
kedua, yaitu klien memberikan imbalan jasa kepada konselor, dan menandatangani serta
melaksanakan isi kontrak sesuai dengan jadwal atau waktu yang telah ditetapkan
c. Kontrak
memiliki pengertian sebagai suatu bentuk kompetensi antara 2 pihak yaitu konselor
yang harus memiliki kecakapan untuk
membantu klien dalam masalahnya dan klien harus cukup umur dan matang untuk
memasuki suatu kontrak
d. Tujuan dari kontrak haruslah sesuai dengan
kode etik konseling
4. Setelah
kontrak ini selesai baru konselor bersama klien menetapkan ego state dan memperbaikinya
sehingga terjadi dan tercapai tujuan konseling
Kelebihan Terapi
Analisis Transaksional
- Terapi Analisis Transaksional
bekerja dalam kelompok dengan menolong ahli memahami bagaimana mereka
boleh berfungsi secara interpersonal dan intrapersonal serta cara ingin membuat
keputusan dalam kehidupan. Konsep terapi analisis transaksional berguna
untuk menolong setiap ahli dalam kemlompok menyadari bahwa mereka perlu
melakukan sesuatu untuk berubah.
- Mudah dipahami dan boleh
digunakan sebagai asas dalam suatu jangka masa yang singkat, yaitu
beberapa jam.
- Dapat memberikan keputusan
dengan cepat
- Boleh digunakan dalam
pekerjaan, psikologi pendidikan, konseling, psikoterapi dan sangat
berkesan jika dibandingkan dengan pendekatan lain.
Kekurangannya
1. Terlalu meminimalkan masa lampau atau masa kanak-kanak
sumber :
Rizky Putra Asridha. Psikologi Konseling. Universitas Mercubuana. Link: kk.mercubuana.ac.id.
Mohamed
Sharif Mustaffa. 2006. books. google.id.
http://www.mediawiki.org/wiki/Thread:Template_talk:Help_box/Analisis_Transactional
http://id.scribd.com/doc/87948644/Kelebihan-Teori-teori-BK oleh Eddy Sutarjo