Kamis, 12 Mei 2011

Manfaat dan Dampak Kloning


Secara harfiah, kata “klon” (Yunani: klon, klonos) berarti cabang atau ranting muda. Kloning berarti proses pembuatan (produksi) dua atau lebih individu (makhluk hidup) yang identik secara genetik.” Kloning organisme sebenarnya sudah bcrlangsung selama beberapa ribu tahun lalu dalam bidang hortikultura. Tanaman baru, misalnya, dapat diciptakan dari sebuah ranting. Dalam dunia hortikultura (dunia perkebunan), kata “klon” masih digunakan hingga abad ke-20.
Secara mendetail, dapat dibedakan 2 jenis kloning. Jenis pertama adalah pelipatgandaan hidup sejak awal melalui pembagian sel tunggal menjadi kembar dengan bentuk identik. Secara kodrati, mereka seperti “anak kembar”. Jenis kedua adalah produksi hewan dari sel tubuh hewan lain.
Klon pertama manusia dirancang pada bulan November 1998, oleh American Cell Technologies, yang berasal dari sel kaki seorang manusia, dan sebuah sel lembu yang DNA-nya dipindahkan. Setelah 12 hari, klon ini rusak. Pada bulan januari 2008, Dr. Samuel Wood dan Andrew French, kepala pegawai ilmiah laboratoriurn Stemagen Corporation di California AS, mengumumkan bahwa mereka berhasil menciptakan 5 embrio manusia dewasa dengan menggunakan DNA dari sel kulit orang dewasa. Tujuannya adalah menvediakan sebuah sumber bagi tangkai sel embrio yang dapat hidup. Dr. Wood dan seorang temannya menyumbangkan sel kulit dan DNA dari sel-sel itu untuk dipindahkan ke dalam sel-sel manusia. Tidak jelas apakah embrio yang dihasilkan akan sanggup berkernbang lebih lanjut. Namun, Dr. Wood menyatakan bahwa kalaupun mungkin, menggunakan teknologi untuk kloning reproduktif adalah tidak etis dan illegal. Kelima embrio yang diklon tersebut akhirnya rusak.”
Secara etis, tak ada masalah dalam kloning pada tumbuhan. Praktek kloning ini sudah lazim dan lama dilakukan. Sementara itu, terdapat perbedaan pendapat tentang kloning pada hewan. Ada pro dan kontra. Praktek kloning ini dibolehkan sejauh hewan tersebut tidak disiksa atau disakiti. Sementara itu, muncul pelbagai pendapat tentang kloning manusia. Muncul pertanyaan dan diskusi etis. Secara etis, apakah dibenarkan kalau kemajuan teknologi menghasilkan dan/atau menggunakan embrio insani yang hidup untuk menyiapkan sel-sel induk embrio? Gereja tidak membenarkan tindakan ini karena embrio manusia tidak dapat dipandang sebagai gumpalan sel. Embrio adalah sesosok pribadi. Embrio berhak hidup sebagai individu. Embrio semestinya dihorrnati. Dengan demikian, intervensi manusia yang merusak, melecehkan, atau mengobjekkan embrio tidak dapat diterima. Penolakan terhadap kloning embrio ini berlaku juga terhadap cloning teraupetik. Campur tangan yang berciri manipulatif ini tidak dapat diterima.
Di kalangan kelompok yang pro dengan kloning, sering muncul dua pendapat yang sebenarnya kurang membuktikan kebenaran. Adalah tidak wajar kalau seseorang dijadikan “fotokopi” atau di-”fotokopi”. Setiap pribadi manusia meiniliki hak atas originalitasnya. Dengan kloning, tak mungkin seseorang menjadi original. Manusia berhak menjadi makhluk hidup secara penuh. Kloning pada dasarnya merupakan instruinentalisasi. Manusia diobjekkan atau diperalat. Martabatnva dilecehkan. Manusia tak hanya dijadikan dengan gen, walaupun peranan gen memang besar. Namun, peran suasana, pendidikan, dan waktu akan ikut membentuk kepribadian seseorang. Peran seorang ibu waktu hamil dapat menentukan sikap seorang anak. Betapa pun, kloning tak pernah menjadikan makhluk baru yang sama persis. Dalam proses kloning, manusia menjadi tujuan, melainkan sebagai sarana uji coba.
Kloning manusia pada hakikatnva melecehkan manusia sendiri dan berakibat buruk. Kloning manusia memiskinkan manusia sebab manusia itu hanya berasal dari satu gen. Ini berbeda dari kepribadian seseorang yang dilahirkan dari proses kehamilan yang biasa. Campuran gen lelaki dan perempuan tidak ditemukan dalam proses kloning. Kloning membuktikan bahwa gen manusia begitu terbatas. Kloning berarti melawan secara fundamental persatuan antara pria dan wanita. Ada bahaya bahwa kloning manusia dipakai sebagai usaha atau cara untuk mengganti seseorang yang terkenal dalam sejarah atau melestarikan orang-orang dalam sebuah keluarga. Dengan demikian, muncul wajah-wajah yang sama. Kultus individu akan terus berlanjut dan manusia akan jatuh ke dalam kesombongan. Manusia dapat menciptakan homoculus.
Bagaimanakah kita dapat berkatekese tentang penciptaan kepada mereka yang sudah begitu lama memegang dan menghidupi dogma tentang Tuhan Pencipta langit dan bumi? Bukankah manusia juga diciptakan oleh Tuhan? Dalam kenyataan, manusia dapat memproduksi manusia lain dengan mengolah gen manusia? Apakah tindakan ini tidak bertentangan dengan hak dasar Tuhan yang menciptakan langit dan bumi? Pertanyaan ini agak sejajar dengan apakah pandangan teori evolusi tidak bertentangan dengan keyakinan bahwa segala sesuatu diciptakan oleh Tuhan Pencipta langit dan bumi? Bagaimanapun, bahan dasar yang digunakan oleh manusia untuk menghasilkan manusia lain berasal dari dan diciptakan oleh Pencipta langit dan bumi. Dengan akal budinva, manusia mengkloning makhluk hidup lain, termasuk rnanusia. Dalam hal ini, ajaran Gereja Katolik tetap tidak menerima prosedur objektivisasi manusia, sebab manusia adalah subjek dalam dirinya yang tidak pernah boleh diobjekkan. Hingga kini, Kode Etik Internasional tidak menerima teknik kloning manusia karena prosedur yang ditempuh tidak menghargai manusia sebagai manusia yang seharusnya dikandung dalam rahim seorang ibu.
Sumber : http://requestartikel.com/manfaat-dan-dampak-dari-kloning


Penyalahgunaan Zat Aditif dan Psikotropika


Kita telah mempelajari dampak negatif zat adiktif dan psikotropika. Zat-zat ini sering disalahgunakan untuk tujuan non-medis. Penggunaan non-medis biasanya untuk kesenangan penggunanya. Namun, harus diingat bahwa zat-zat tersebut dapat menimbulkan kecanduan. Lagi pula, pemakaiannya yang melebihi batas (overdosis) dapat mengakibatkan kematian. Penyalahgunaan zat adiktif dan psikotropika. seperti minuman keras dan obat-obatan terlarang, dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari diri sendiri maupun dari keluarga dan lingkungan. Berikut beberapa contohnya:
Faktor yang berasal dari diri sendiri
• Kurangnya keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini menyebabkan seseorang cenderung melarikan diri ke hal-hal negatif bila menghadapi masalah.
• Kurangnya pengetahuan mengenai bahaya zat adiktif dan psikotropika. Penggunaan zat adiktif dan psikotropika dalam jangka waktu lama dapat merusak kesehatan. bahkan mengancam jiwa penggunanya.
• Rasa ingin tahu yang sangat tinggi. Hal ini dapat menyebabkan seseorang selalu mencoba hal-hal yang barn. termasuk mengkonsumsi zat adiktif dan psikotropika.
Faktor yang berasal dari keluarga dan lingkungan
• Ketidakharmonisan dalam keluarga. Hubungan yang tidak harmonis dalam keluarga dapat mendorong seseorang untuk berpaling ke hal-hal negatif, termasuk mengkonsumsi zat adiktif dan psikotropika.
• Kurang komunikasi dan kasih sayang dalam keluarga. Hal ini dapat disebabkan kesibukan masing-masing anggota keluarga sehingga kurang memberikan perhatian dan kasih sayang kepada anggota keluarga yang lain.
• Lingkungan pergaulan yang kurang baik. Bujukan dari teman yang menyalahgunakan zat adiktif dan psikotropika dapat menjerumuskan seseorang untuk ikut menyalahgunakan zat tersebut.
• Kondisi lingkungan sekolah yang tidak mendukung. Sekolah yang tidak menerapkan aturan tegas, tidak disiplin, dan tidak mendorong siswanya melakukan kegiatan positif berpotensi menjadi sasaran peredaran zat adiktif dan psikotropika.
Seseorang yang sudah terlanjur menjadi pecandu zat adiktif dan psikotropika akan melakukan apa saja agar dapat mengkonsumsi obat yang mereka butuhkan. Hal ini tenth menimbulkan masalah bagi dirinya dan orang lain.
Beberapa masalah tersebut digambarkan sebagai berikut :
• Pecandu akan kekurangan gizi karena obat tersebut mengurangi nafsu makan. Tubuh pecandu biasanya kurus kering, tidak segar, mata terlihat cekung. dan tatapan matanya kosong.
• Masafah keuangan. Obat-obatan yang dikonsumsi biasanya mahal. Namun, bila sudah kecanduan maka pengguna akan melakukan apa saja untuk mendapatkannya. Mereka bisa menjual barang pribadi atau mengambil milik orang lain. Hal ini tentu mendorong penggunanya untuk melakukan tindakan kriminal.
• Infeksi penyakit. Penggunaan jarum suntik yang dilakukan oleh para pecandu secara bergantian dapat menimbulkan infeksi, misalnya infeksi virus HIV (penyebab AIDS) dan hepatitis (penyakit kerusakan hati).
Mengingat besarnya bahaya penyalahgunaan zat adiktif dan psikotropika, maka sebaiknya kita tidak mengkonsumsinya. Penggunaan zat adiktif dan psikotropika dapat dilakukan untuk tujuan medis. Itu pun hams di bawah pengawasan ketat dari dokter yang berwenang.
Untuk mencegah penyalahgunaan zat adiktif dan psikotropika, di bawah ini ada beberapa tips:
• Tingkatkan keimanan dan ketagwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Iman yang kuat menjadikan mental kita sehat sehingga tidak mudah tergoda untuk mengkonsumsi obat-obatan terlarang.
• Jangan pemah mencoba. Pengguna obat terlarang biasanya memulai dari keinginan untuk sekedar mencoba. Kemudian, ia mencoba lagi sehingga menjadi ketagihan. Dalam hal ini. pengaruh lingkungan khususnya teman sangat menentukan. Teman sejati tidak akan menjerumuskan kita untuk melakukan halhal yang tidak baik, seperti memakai obat terlarang. Untuk itu, jika kita ditawari obat-obatan terlarang, maka katakan dengan tegas: “tidak” dan jangan pernah tergoda untuk mencobanya.
• Meningkatkan komunikasi dan menjaga hubungan yang harmonis dalam keluarga Jika kita sedang menghadapi suatu masalah. maka ungkapkan kepada keluarga, seperti ayah, ibu. paman, bibi. atau kakak. Masalah yang kita anggap berat sekali pun. niscaya akan dapat terpecahkan. Jika ada suatu masalah jangan sampai kita tergiur untuk mengkonsumsi obat terlarang. Pemakaian obat tersebut memang dapat membuat kita berhalusinasi sehingga kita bisa melupakan masalah tersebut. Tetapi ingat, itu hanya untuk sementara waktu. Penggunaan obat terlarang tidak akan pernah menyelesaikan masalah. Namun, itu hanya akan menambah masalah baru dan merusak diri kita.

sumber : http://requestartikel.com/dampak-negatif-zat-adiktif-dan-psikotropika